PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Kawasan wisata Gunung Bromo ditutup selama pandemi virus corona baru atau Covid-19 melanda. Penutupan itu berdampak kepada sejumlah pelaku wisata di wilayah itu.
Salah satunya merupakan pengusaha angkutan jip yang terdapat di sejumlah kabupaten dan kota di sekitar Gunung Bromo.
Jip merupakan kendaraan umum yang digunakan wisatawan saat menikmati lautan pasir di Bromo.
Salah satu pengusaha angkutan jip di Kabupaten Probolinggo, Choirul Umam Masduki mengatakan, ribuan jip yang biasa lalu-lalang membawa wisatawan terpaksa diam di kandang karena wisata Bromo ditutup selama pandemi Covid-19.
"Di Kabupaten Probolinggo saja ada 900 pemilik jip. Sekarang ya tiarap dan kelimpungan, Bromo kan ditutup. Total jip di empat daerah sekitar Bromo 3.000-an unit," ujar Umam saat dihubungi Kompas.com Kamis (16/7/2020) malam.
Baca juga: Kawasan Gunung Bromo Dibuka Agustus, Jumlah Pengunjung Dibatasi
Menurutnya, banyak pemilik jip yang berganti profesi untuk menghidupi keluarga. Beberapa di antaranya menjadi sopir angkutan umum dan menjual sayuran.
Bahkan ada pemilik yang terpaksa menjual jipnya karena tak memiliki pemasukan.
"Kalau menunggu bantuan pemerintah ya enggak bakalan. Para pemilik jip survive untuk bisa bertahan hidup," kata Umam.
Umam menyebut, dalam sebulan biasanya pemilik jip mendapatkan penghasilan kotor sebesar Rp 4 juta. Biasanya, pemilik jip bisa membawa penumpang dua kali dalam sepekan.
"Itu penghasilan kotor ya, belum dipotong solar dan honor sopir," kata Umam.
Kini, Umam hanya berharap objek wisata Bromo dibuka.
Ia paham, pengelola harus mempersiapkan dengan matang pembukaan objek wisata agar tak menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Menurutnya, pengusaha jip siap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
"Cobalah dibuka, percobaan. Itu harapan kami. Untuk sementara yang boleh ke Bromo yang punya KTP Jawa Timur. Seperti di Jakarta, yang ke destinasi wisata di sana, yang boleh adalah yang KTP Jakarta," jelas Umam.
Hal senada juga disampaikan pengusaha jip lainnya, Catur. Pria ini pasrah dan menyerahkan kepada pemerintah pembukaan objek wisata Bromo.
Baca juga: Ibu-ibu Bawa Anaknya Demo Tuntut Sekolah Dibuka, Bupati Pamekasan: Itu Suruhan
"Saya tidak mendesak apa-apa. Kami nurut sama pemerintah. Jika dikhawatirkan muncul klaster terbaru, ya sebaiknya disiapkan secara matang untuk kembali membuka Bromo," kata Catur lewat pesan singkat.
Selama jipnya diam di kandang, Catur beralih profesi menjadi penjaga toko. Penghasilannya menjaga toko digunakan bertahan hidup di tengah pandemi.
Catur masih bisa bertahan meski jipnya berhenti mengangkut penumpang.
Uang dari menjaga toko bisa digunakan bertahan hidup karena dirinya belum berkeluarga.
Para pengemudi jip memang terpaksa beralih profesi untuk bertahan. Pun dengan Rofiq yang harus putar otak agar dapurnya tetap berasap.
Ia kini melayani pesanan ikan dari warga sekitar di jalur Bromo.
"Saya juga melayani pesanan ikan online. Waktu Ramadhan kemarin, lumayan. Sekarang sudah sepi lagi. Yang kami harapkan ada kejelasan kapan Bromo cepat buka lah," terang Rofiq.
Baca juga: Minta Bromo Tidak Buru-buru Dibuka, Tokoh Suku Tengger: Persiapannya Harus Matang
Menurut Rofiq, para koleganya dari luar kota sering menanyakan kapan Bromo dibuka, karena wisatawan antusias untuk mengunjungi Bromo.
Karena tak ada kejelasan, Rofiq mengaku bingung menjawab pertanyaan koleganya tersebut.
"Kapan dibuka? Apa sebulan lagi, atau dua bulan lagi. Yang penting ada kejelasan," kata Rofiq.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.