Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Jalan di Kota Bandung Ini Hanya Dibuka 30 Tahun Sekali

Kompas.com - 17/07/2020, 06:07 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Jalan ini kerap luput dari penglihatan. Bahkan bisa jadi, tidak semua orang menyadari, jalan tersebut dulunya berfungsi sebagai jalan raya.

Jalan tersebut merupakan bagian dari Jalan Otto Iskandardinata (Otista). Panjangnya sekitar 20 meteran, terpenggal oleh double track kereta api.

Lokasinya diapit Jalan Stasiun Timur di sebelah selatan dan Jalan Kebun Jukut di sebelah utara.

Jika melihat peta akhir abad 19-an, jalan ini menghubungkan Jalan Otista di bagian utara dengan Jalan Otista sebelah selatan sekarang.

Jalan ini menjadi unik karena baru dibuka dua kali saat peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1985 dan 2015.

Baca juga: Sejumlah Jalan di Bandung Kembali Ditutup dari Jumat hingga Minggu

Tak heran jika ada yang menyebut, jalan ini dibuka 30 tahun sekali. Bahkan bagi warga sekitar, pembukaan jalan ini adalah pemandangan paling aneh di Bandung.

“Saat-saat kendaraan melintasi secuil jalan itu adalah salah satu keajaiban dunia,” ujar pemerhati sejarah Bandung dari Komunitas Aleut, Hevi Abu Fauzan saat dihubungi, Kamis (16/7/2020).

Hevi masih mengingat bagaimana pembukaan jalan itu terlihat sangat mewah baginya, baik di tahun 1985 ataupun 2015.

Apalagi ditambah iring-iringan kendaraan mengkilap diselingi sirine polisi dan beberapa panser, menjadi pemandangan yang tidak akan pernah disaksikan sehari-hari di jalan tersebut.

Hevi menjelaskan, jalan itu dibuka untuk memudahkan perjalanan delegasi dari Gedung KAA ke Gedung Pakuan, sehingga delegasi tidak perlu memutar ke Viaduct.

Jalan Residen

Dahulu kala, sambung Hevi, sepenggal jalan itu merupakan bagian jalan yang bernama Residentsweg (Jalan Residen), yang terbentang dari arah utara di Gedung Pakuan menuju selatan di perempatan Jalan Suniaraja dan Pasarbaru Weg.

Sepenggal Jalan Otista saat dibuka sementara untuk peringatan Konferensi Asia Afrika. Pemerhati sejarah Bandung dari Komunitas Aleut memperkirakan jalan tersebut ditutup pada 1970-an.Dok KOMUNITAS ALEUT Sepenggal Jalan Otista saat dibuka sementara untuk peringatan Konferensi Asia Afrika. Pemerhati sejarah Bandung dari Komunitas Aleut memperkirakan jalan tersebut ditutup pada 1970-an.

Dinamakan Residentsweg karena di ujung jalan sebelah utara berdiri kantor residen yang dibangun 1864-1867. Kantor residen yang kini bernama Gedung Pakuan itu dirancang seorang insinyur kepala, staf dari residen Van Der Moore.

Secuil jalan itu berada di daerah yang kini bernama Kebon Jukut (Kebun Rumput). Dinamakan demikian karena konon dulu merupakan daerah kosong dan ditumbuhi alang-alang.

Tidak heran, jika dua jalan di sebelah timur Residentsweg di sekitar rel kereta api, dinamakan Kebon Jukut Utara dan Jebon Jukut Selatan yang sekarang menjadi bagian timur dari Jalan Stasiun Timur.

Jalan Kebon Jukut Selatan yang di sebelah baratnya bermula dari Residentsweg berakhir di Jalan Suniaraja di sebelah timur.

Di sudut pertemuan dua jalan ini dibangun rumah yang didiami pelukis legendaris Belgia, AAJ Payen yang datang ke Nusantara tahun 1817 dan tinggal di sana tahun 1825-1835.

Jalan Kebon Jukut Selatan merupakan jalan yang terakhir dibangun jika dibanding jalan-jalan tua di sekitarnya.

“Dalam peta 1882 di buku Robert Voskuil dkk, terlihat Jalan Kebon Jukut Selatan, belum dibangun. Entah kapan daerah ini mulai dihuni. Yang jelas, buyut saya, penjahit asal Batavia mulai menempati kawasan ini sekitar tahun 30-an,” tutur Hevi.

Di peta tahun 1953, jalan secuil itu menjadi pembatas antara Jalan Otto Iskandar Dinata di sebelah selatan, dan Jalan Gubernur di sebelah utara.

“Ini mungkin sebagai penanda, Gedung Pakuan saat itu sudah menjadi tempat kediaman resmi gubernur Jawa Barat. Walaupun akhirnya, sepanjang jalan itu menjadi Jalan Otista sepenuhnya,” ungkap dia.

Baca juga: RK Sebut Menteri BUMN Sepakat Perbaiki Jalan di Bandung Barat yang Dikeluhkan Bupati

Sampai sekarang ia belum menemukan alasan penutupan jalan yang dilakukan sekitar tahun 1970-an. Ia menduga padatnya arus lalu lintas dan perkembangan kereta api menjadi alasan.

Penutupan jalan itu diiringi pembangunan jembatan penyeberangan di atas lintasan rel kereta api.

“Dari atas jembatan penyeberangan, beberapa aktivitas Stasiun Bandung dengan jelas bisa diamati. Bagi saya, itu sebuah nostalgia masa kecil,” ucap Hevi yang besar di Jalan Stasiun Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com