KENDAL, KOMPAS.com- Pudjo Widodo (53), masih sibuk memotong daun-daun pohon kopi liberika yang rusak.
Tanaman kopi yang baru dipotong daunnya tersebut, kemudian ditaruh di plastik hitam.
Plastik tersebut, diberi tanah, dan berdirilah bibit tanaman kopi Liberika.
Baca juga: Jelang Musim Tanam, Petani di Kabupaten Bulukumba Hadapi Kelangkaan Pupuk
Bapak yang tinggal di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Patean, Kendal, Jawa Tengah itu, kini sedang memberdayakan kopi asal liberia Afrika.
Tanaman perkebunan itu kini mulai hilang di Kendal.
Padahal kopi yang dibawa saat masa kolonial Belanda tersebut, saat ini dicari pencinta kopi.
Selain mempunyai aroma buah nangka, liberika dikenal mempunyai kadar kafein yang rendah, sehingga nyaman di perut.
Harganya juga lebih mahal, bila dibandingkan dengan kopi arabika atau robusta.
Baca juga: Cerita Petani Kopi di Kendal yang Sulit Jual Hasil Panen karena Wabah
Menurut pengakuan Widodo, profesi pemberdayaan bibit kopi liberika itu, sudah dia tekuni sejak 1999.
Salah satu penyebab hingga profesi itu dilakoninya, karena prihatin dengan banyak tanaman kopi liberika yang ditebang pemiliknya.
“Penebangan dilakukan, karena pohon kopi liberika besar dan tinggi. Petani merasa kesulitan bila memanen,” ujar Widodo, saat ditemui di rumahnya, Kamis (16/7/2020).