KOMPAS.com- Banjir bandang menerjang enam kecamatan di Luwu Utara, Senin (13/7/2020).
Banjir itu membawa duka dan trauma, salah satunya bagi Mantasia.
Mantasia harus menyaksikan dengan mata dan kepala sendiri bagaimana banjir meluluhlantakkan wilayahnya.
Ia kini, mengalami trauma dan kerap berteriak jika mengingat musibah itu terjadi.
"Saya selalu mengingat anak-anak teriak banjir. Jika mengingat itu (banjir) saya kadang-kadang teriak tanpa sadar," kata dia di pengungsian masjid Kantor Bupati Luwu Utara, Kamis (16/7/2020).
Baca juga: Banjir Bandang di Masamba: 19 Korban Meninggal, 23 Hilang, 15.000 Mengungsi
"Kami melihat rumah kami ambruk diterjang banjir, saat itu tinggal atap satu jengkal sempat terlihat lalu tertutup banjir," papar Mantasia.
Hal tersebut membuat perempuan itu trauma. Mantasia masih merinding bila mendengar kata banjir.
"Apalagi mendengar kata banjir, waduh ya Allah tolonglah kami ini," ujar dia pilu.
Baca juga: Anak dan Bayi Pengungsi Banjir Bandang Masamba Harus Tidur di Lantai Tanpa Selimut