Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Pedagang Pasar Hardjodaksino Solo Jalani Tes Swab

Kompas.com - 15/07/2020, 15:24 WIB
Labib Zamani,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Ratusan pedagang Pasar Hardjodaksino, Solo, Jawa Tengah, akan menjalani tes swab menyusul salah satu pedagang meninggal karena terkonfirmasi positif Covid-19.

"Targetnya 200 pedagang kita swab. Khususnya prioritas di sekitaran kemarin yang positif meninggal," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Solo Heru Sunardi saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Rabu (15/7/2020).

Biaya tes swab para pedagang sepenuhnya ditanggung oleh perbankan pemberi program corporate social responsibility (CSR).

Baca juga: Kan Sudah Kita Kontrol, Kok Masih Dibilang Solo Zona Hitam?

Heru mengatakan, tes swab bertujuan untuk memastikan para pedagang tidak terinfeksi virus corona.

"Dari dulu saya sampaikan jangan muncul klaster baru penyebaran Covid-19 di Solo berasal dari pasar," terang Heru.

Dia mengatakan, pihaknya juga menutup sementara operasional pasar yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Danukusuman dari Selasa (14/7/2020) hingga Senin (20/7/2020).

Para pedagang diminta untuk melakukan karantina maupun isolasi mandiri di rumah selama pasar disterilkan.

Baca juga: Ganjar Geram Solo Disebut Zona Hitam: Yang Hitam Itu Bajumu!

Kendati demikian, masih ditemukan adanya pedagang yang nekat berjualan di luar pasar.

"Pasar ditutup sementara itu artinya tutup kegiatannya selama tujuh hari. Sementara sanksinya kalau Satpol PP bergerak barangnya (dagangan) ya diambil semua diamankan," sambungnya.

Dwi (55), salah seorang pedagang menilai penutupan sementara pasar tersebut terkesan mendadak.

Padahal, dirinya sudah terlanjur membeli dagangan banyak.

"Pusing aku mas. Sudah kulakan kerupuk dan pisang banyak pasar ditutup sementara. Kalau kerupuknya tidak busuk. Pisangnya itu loh," kata dia.

Dwi menyampaikan kulakan pisang yang sudah matang dan pisang yang belum matang sebanyak satu truk. Harganya, mencapai puluhan juta rupiah.

"Kemarin habis kulakan pisang matang Rp 20 juta. Dan kulakan pisang mentah (belum matang) satu truk," ungkapnya.

Supaya tidak mengalami kerugian banyak, Dwi terpaksa menjual pisang dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 25.000 setandan. Biasanya harga normal sekitar Rp 100.000 setandan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com