Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hal yang Perlu Dievaluasi dari Kasus Puluhan Pekerja Media di Jatim Terjangkit Covid-19

Kompas.com - 15/07/2020, 10:52 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

"Mereka tidak ada pilihan. Ketika harus melakukan peliputan, entah itu peliputan yang melanggar protokol keselamatan, atau liputan tak penting yang sifatnya seremonial, dia tidak memiliki kuasa yang cukup terhadap dirinya dan keselamatannya, jadi tidak didukung oleh perusahaannya," ujar dia.

AJI mendorong perusahaan-perusahaan media untuk membuat dan menerapkan protokol keselamatan dalam peliputan, baik untuk jurnalis di lapangan, maupun pekerja media yang ada di dalam kantor.

"Kalaupun mereka tidak memiliki kemampuan untuk membuat protokol keselamatan dalam peliputan, mereka bisa mengadopsi apa yang sudah disusun AJI dan Komite Keselamatan Jurnalis," kata dia.

Menurut Faridl, perusahaan media sebenarnya punya bargaining untuk mendesak institusi baik swasta maupun pemerintah agar mengikuti protokol keselamatan dalam peliputan.

"Perusahaan media punya power untuk mengoreksi sekian banyak kebijakan, yang berkaitan dengan peliputan, yang tidak berbasis pada kepentingan keselamatan bersama," kata Faridl.

Jurnalis bersikap abai

Berdasar temuan AJI, selama masa pandemi Covid-19 ini, masih banyak jurnalis dan pekerja media yang mengabaikan porotokol keselamatan liputan.

Karena itu, pihak yang perlu disoroti dalam munculnya klaster jurnalis dan pekerja media, tak lain adalah jurnalis itu sendiri.

Baca juga: Saat RRI Surabaya Tak Mengudara karena Corona

Menurut Faridl, ada beberapa faktor yang menyebabkan jurnalis bersikap abai, pertama karena ketidaktahuan, kedua, jurnalis itu memang tidak mau tahu, dan yang ketiga jurnalis tidak memiliki ruang untuk melakukan penolakan terhadap situasi yang membahayakan.

"Misalnya tekanan narasumber, tekanan dari kantor media tempat mereka bekerja," kata Faridl.

Faridl berharap, jurnalis sadar bahwa virus Covid-19 ini, sudah sangat dekat dengan profesi pewarta, bahkan telah mendekati orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Bisa saja para pejabat atau narasumber yang diwawancara jurnalis ternyata terpapar corona.

"Bagi teman-teman jurnalis, ketika anda punya privilege yang diberikan oleh pejabat, karena anda kebetulan meliput di institusi pemerintahan, privilege anda tidak akan mampu membendung virus ini, ketika anda abai terhadap protokol keselamatan peliputan," kata Faridl.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com