Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kan Sudah Kita Kontrol, Kok Masih Dibilang Solo Zona Hitam?"

Kompas.com - 15/07/2020, 06:05 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Ganjar tak terima, beberkan data

Penyebutan zona hitam membuat Ganjar tak terima.

"Zona hitam ki jarene sopo to? (Zona hitam itu katanya siapa sih?) Yang ngomong siapa? Mungkin pengamat atau lagi benci? Kok banyak yang bilang zona hitam. Mungkin yang hitam itu bajumu!" ujar Ganjar di Semarang, Selasa (14/7/2020).

Lonjakan kasus, kata Ganjar, tidak bisa serta merta membuat Solo disebut zona hitam.

Berdasarkan data, kasus positif Covid-19 di Solo mencapai 64 orang.

Dari jumlah itu, 22 pasien masih dirawat, 37 orang dinyatakan sembuh dan 5 orang meninggal dunia.

Kasus di Solo lebih sedikit bila dibandingkan Kota Salatiga yakni 92 kasus dengan rincian 19 pasien dirawat dan 73 orang sembuh.

Kasus tertinggi di Jateng masih ditempati oleh Kota Semarang dengan 2.565 kasus. Namun, status kota itu pun belum zona hitam.

Baca juga: Wali Kota: Solo Bukan Zona Hitam, namun Oranye Kemerahan

Klarifikasi Wali Kota Solo

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo bersama Kapolresta Solo Kombes Pol Andy Rifai di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (14/7/2020).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo bersama Kapolresta Solo Kombes Pol Andy Rifai di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (14/7/2020).

Sempat mengakui Solo disebut zona hitam, Wali Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo mengklarifikasi perihal status itu.

Rudy, demikian sapaan akrabnya, awalnya tak keberatan Solo dikatakan zona hitam lantaran lonjakan kasus yang tak wajar. Ia berharap masyarakatnya bisa lebih waspada dengan penyebaran virus Covid-19.

Namun, pada Selasa (14/7/2020) Rudy menyatakan Solo berzona oranye kemerahan.

"Solo bukan zona hitam. Namun zonanya oranye agak kemerah-merahan. Sehingga masyarakat wajib hukumnya waspada," kata Rudy.

Meski demikian, ia tak mengubah sejumlah langkah tegas untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 di wilayahnya.

Seperti menutup Alun-alun yang merupakan pusat keramaian, serta melakukan swab mendadak bagi warga yang berkerumun.

"Begitu berkerumun semua kita lakukan swab mendadak. Karena tidak mau diatur. Karena sudah diberi tempat duduk yang sudah digambar, masih gerombol tidak mau pakai masker," ungkap Rudy.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com