Sebab nelayan Natuna rata-rata mencari ikan menggunakan kapal kecil atau kapal 5 GT.
Menurut Herman, nelayan Natuna merupakan nelayan sepenuhnya tanpa pekerjaan sampingan.
Berbeda dengan nelayan yang ada di kapal cantrang, yang memiliki cukong atau pemilik kapal.
"Kenapa kami menolak, karena nelayan Pantura tidak seperti kami nelayan Natuna yang merupakan nelayan mandiri," kata Herman.
Baca juga: Secapa AD Tertutup, Dinkes Bandung Kesulitan Melakukan Tracing
Herman mengatakan, nelayan Natuna tidak saja sebagai pemilik kapal dan pemilik alat tangkap sendiri, untuk proses menjual hasil laut juga dilakukan sendiri.
Hal itu yang menyebabkan harga jualnya cukup tinggi, karena ikan yang dijual murni ikan langsung dari tangkapan saat itu juga.
Berbeda dengan ikan yang disimpan selama beberapa hari di lokasi penyimpanan atau gudang ikan yang berada di darat.
Herman memastikan bahwa para nelayan Natuna selalu menjaga kearifan lokal, sehingga hasil laut Natuna selalu bisa dirasakan oleh anak dan cucu dari generasi yang berbeda.
"Namun untuk saat ini kami jamin akan tidak ada lagi, karena kapal cantrang akan menyapu bersih semua terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang ada di Natuna. Karena kapal cantrang tersebut melakukan tangkap di bawah 12 mil, lebih tepatnya di sekitaran Pulau Subi," kata Herman.
Saat ini para nelayan Natuna hanya bisa pasrah dengan kebijakan pemerintah.
"Berharap dapat perlindungan, yang ada malah terus terjepit," kata Herman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.