Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Bersekolah Lagi di Tengah Pandemi Corona...

Kompas.com - 13/07/2020, 18:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Tahun ajaran 2020/2021 telah dimulai di tengah pandemi Covid-19, tepatnya pada 13 Juli 2020. 

Para siswa dan guru di sekolah pun mulai cara-cara baru untuk belajar dan mengajar.

Salah satunya menggelar kegiatan belajar mengajar di rumah, dengan menggunakan internet. Internet menjadi penopang utama kegiatan siswa dan guru secara tersebut.

Sayangnya, tak semua siswa memiliki fasilitas tersebut dengan memadai untuk memulai belajar.

Berikut ini sederet cerita perjuangan siswa untuk bersekolah lagi di saat pandemi:

1. Cari sinyal di kuburan

Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri mendirikan tempat belajar bagi puluhan anak miskin di Makassar. Sulawesi Selatan. Tempat belajar ini didirikan di kompleks TPU Dadi, Makassar, Sulawesi Selatan.Dokumentasi Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri mendirikan tempat belajar bagi puluhan anak miskin di Makassar. Sulawesi Selatan. Tempat belajar ini didirikan di kompleks TPU Dadi, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sejumlah anak-anak kurang mampu di Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan, Kota Makassar, terpaksa belajar di pinggir tempat pemakaman umum (TPU) Dadi.

Pasalnya, orangtua mereka tak mampu membeli kuota internet.

Kondisi para siswa tersebut membuat salah satu anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri, terpanggil untuk membantu.

 

“Saya lihat, banyak anak dari keluarga tidak mampu tidak bisa sekolah online. Orang-orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet, sehingga saya memasukkan jaringan internet," ujar Paleweri saat ditemui Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Paleweti menjelaskan, saat ini ada sebanyak murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA dan sebanyak 4 orang anak yang putus sekolah ikut belajar bersama di TPU Dadi.

Baca juga: Mari Bantu Anak Miskin Makassar yang Belajar di Kuburan untuk Dapat Internet

2. Tak punya ponsel untuk belajar

Ilustrasi ponsel dicas.SHUTTERSTOCK Ilustrasi ponsel dicas.

Di tahun ajaran 2020/2021, Pemkot Jambi mengambil langkah untuk membantu sekitar 500 siswa yang kurang mampu dan berada di zona kuning, diperbolehkan sekolah.

Menurut, Juru Bicara Gugus Tugas Kota Jambi, Abu Bakar, 500 siswa tersebut tidak memiliki ponsel dan daerahnya belum ada akses internet.

"Kita buka sekolah dengan dua metode, yakni tatap muka dan online. Yang mampu online dan tidak muka. Tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Abu Bakar, juru bicara Gugus Tugas Kota Jambi, Senin (13/7/2020).

Baca juga: Tak Punya Ponsel, Siswa Miskin Tetap Belajar Tatap Muka di Zona Kuning

3. Jaringan internet terganggu

Sejumlah siswa baru mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Negeri 2 Salatiga, Jawa Tengah, Senin (13/7/2020). Sebanyak 642 siswa baru mengikuti MPLS secara langsung dengan dua kelas program keahlian yang dilakukan bergilir dalam satu hari dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO Sejumlah siswa baru mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Negeri 2 Salatiga, Jawa Tengah, Senin (13/7/2020). Sebanyak 642 siswa baru mengikuti MPLS secara langsung dengan dua kelas program keahlian yang dilakukan bergilir dalam satu hari dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Sementara itu, gangguan jaringan internet sempat mengganggu proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMP Negeri 10 Kota Salatiga, Jawa Tengah.

Sejumlah siswa, menurut Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Salatiga Yati Kurniawati, kesulitan mengakses link di aplikasi yang disediakan.

Selain gangguan tersebut, sejumlah siswa juga terkendala karena tidak mempunyai ponsel.

"Aplikasi yang digunakan adalah Microsoft Teams dengan mode Live Event untuk Meeting," jelasnya, Senin (13/7/2020) saat dihubungi.

Namun, dirinya berharap akan segera ada solusi dari pemerintah agar seluruh siswa bisa belajar bersama.

"Dengan adanya jaringan internet gratis, setidaknya bisa membantu siswa dan orangtua," jelasnya.

 

4. Naik turun gunung menanti sinyal 

Seorang Pelajar Belajar di Gunung Temulawak, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, GunungkidulDokumentasi Kepala Dukuh Petir B Seorang Pelajar Belajar di Gunung Temulawak, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul

Kondisi geografis yang ada di perbukitan, membuat sejumlah siswa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa naik turun gunung saat belajar online.

Salah satunya Alodia Daffa Sinanta, siswa SMP warga Dusun Petir B, Desa Petir.

"Ya capek, karena harus membawa buku banyak terus naik gunung. Apalagi saat puasa seperti saat ini," ucap Alodia.

Ayah Alodia, Warisna, mengatakan, selama pandemi corona, pihak sekolah memang sudah menerapkan belajar di rumah. Semua materi dan tugas sekolah pun disampaikan secara online.

Hal itu membuat 21 siswa SD hingga SMA di Dusun Petir B harus mendaki Gunung Temulawak setiap kali mengirimkan tugas ke gurunya.

"Anak-anak menaiki Gunung Temulawak yang cukup tinggi. Terletak di sebelah selatan dusun," kata Warisna, yang juga merupakan Kepala Dusun Petir B, saat dihubungi.

Baca juga: Jaringan Sempat Ganggu MPLS, Sekolah Berharap Internet Gratis

(Penulis: Kontributor Makassar, Hendra Cipto, Kontributor Jambi, Suwandi Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Khairina, Farid Assifa, Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com