Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinding Anyaman Bambu dan Tungku Tanah Liat Jadi Saksi Bisu Gudeg Legendaris Buatan Mbah Lindu

Kompas.com - 13/07/2020, 15:33 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gudeg Mbah Lindu begitu terkenal di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bukan hanya karena Mbah Lindu merupakan penjual gudeg tertua di Yogyakarta, tapi juga panganan yang dijualnya punya cita rasa enak.

Pelanggan gudeg yang dijajakan di sebuah Pos Kamling Jalan Sosrowijayan Kota Yogyakarta ini pun cukup banyak.

Baca juga: Sebagai Kenang-kenangan dari Mbah Lindu, Keluarga Sajikan Nasi gudeg untuk Pelayat

Tidak hanya dalam negeri, pelanggan gudeg Mbah Lindu bahkan juga wisatawan asing.

Di balik keistimewaan rasanya, Mbah Lindu memproses gudegnya di sebuah dapur yang sederhana.

Dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu. Tiang-tiangnya pun dari kayu.

Tungku untuk memasak terbuat dari tanah liat yang memanjang. Dalam satu tungku terdapat dua lubang yang berfungsi untuk memasak.

Berbagai alat masak yang terlihat menghitam di bagian luarnya tertata dalam sebuah rak kayu yang terlihat sederhana.

Baca juga: gudeg Mbah Lindu dan Nostalgia Masa Lalu Kota Yogyakarta

Bumbu-bumbu serta bahan untuk membuat gudeg berada di atas meja. Beberapa kayu bakar pun, tergeletak di sebelah tungku.

Dinding anyaman kayu dan tungku dari tanah liat yang tampak menghitam karena bertahun-tahun terkena asap, menjadi saksi bisu ketika Mbah Lindu memproses gudeg.

"Ya ini dapur yang biasa digunakan Ibu untuk memasak gudeg," ujar anak kedua Mbah Lindu, Lahono (60) saat ditemui di rumah duka, Klebengan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, Senin (13/07/2020).

Meski saat ini sudah ada kompor gas, Mbah Lindu masih tetap mempertahankan memasak dengan menggunakan kayu bakar.

Sebab, menggunakan kayu bakar dengan gas mempunyai tingkat panas yang berbeda. Terlebih lagi, kayu bakar membuat masakan gudeg menjadi terasa istimewa.

"Iya dari dulu masaknya pakai kayu, kalau kayu kan dari pagi panasnya terus, jadi nggak sampai mati. Cita rasanya juga beda, lebih anak," ungkapnya.

Baca juga: Mbah Lindu, Penjual gudeg Berusia 97 Tahun Terbaring Sakit di Panti Rapih

Menurutnya, Mbah Lindu sudah belajar membuat gudeg sejak kecil.

Pengalamanya bertahun-tahun memasak gudeg, membuat Mbah Lindu sudah hafal dengan takaran bumbu.

Bahkan, Mbah Lindu tidak mau kompromi ketika berurusan dengan rasa. Baginya, mempertahankan cita rasa gudeg menjadi hal yang penting.

"Ibu saya itu sangat mempertahankan rasa, kalau adik saya masak itu, (Mbah Lindu) tambah ini, tambah ini. Kurang apa itu pasti tahu," tegasnya.

Mbah Lindu mulai tidak ikut jualan di Jalan Sosrowijayan sudah sekitar dua tahun lalu karena sudah tua.

Baca juga: Kisah Mbah Lindu dan gudeg yang Dijual sejak Masa Penjajahan

Namun saat di rumah, Mbah Lindu masih ikut membantu sebisanya di dapur untuk memasak gudeg.

"Dua tahun lalu setelah sakit itu tidak (ikut) jualan, tapi masih tetap mengontrol (proses masak gudeg)," ungkapnya.

Diungkapkannya, Mbah Lindu dahulu pernah berpesan ketika dirinya meninggal dunia agar anak cucunya meneruskan jualan gudeg.

Saat ini aktivitas memasak dan menjual gudeg diteruskan oleh anak ketiganya, Ratiyah.

"Ibu pesan, pokoknya jualan gudeg terus. Misalnya saya tidak ada (meninggal) diteruskan (jualan gudeg)," pungkasnya.

Baca juga: Netflix Angkat Kisah Mbah Lindu, Penjual gudeg dari Yogyakarta

Penjual gudeg legendaris di Yogyakarta, Biyem Setyo Utomo atau dikenal dengan Mbah Lindu tutup usia pada Minggu (12/07/2020) sekitar pukul 18.00 WIB.

Mbah Lindu meninggalkan tiga anak dan enam cucu. Dia dimakamkan pada Senin (13/7/2020) di Pemakaman Umum Klebengan.

Mbah Lindu sudah mulai berjualan gudeg sejak sebelum zaman penjajahan Jepang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com