Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Pandemi, Mengapa Secapa AD Masih Terapkan Pembelajaran Tatap Muka?

Kompas.com - 13/07/2020, 10:09 WIB
Rachmawati

Editor

Ada indikasi pelanggaran

Selain Secapa AD, kasus positif Covid 19 juga ditemukan di Pusat Pendidikan Polisi Militer (Pusdikpom) Kodiklat TNI AD di Kota Cimahi dengan jumlah 101 orang prajurit positif Covid-19, terdiri dari 25 orang staf dan anggota Pusdikpom dan 76 orang siswa.

Pada bulan April sempat pula terjadi penularan Covid-19 di Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Polri di Sukabumi.

Saat itu 300 orang siswa dinyatakan positif corona setelah menjalani tes cepat

Munculnya klaster Covid 19 di sekolah-sekolah kedinasan di Jawa Barat menimbulkan pertanyaan mengenai penerapan protokol kesehatan dalam mencegah penularan virus corona di sekolah kedinasan itu.

Baca juga: Soal Klaster Covid-19 Secapa AD Bandung, Langkah Ridwan hingga Ketakutan Warga

KSAD Jenderal Andika Perkasa mengaku telah menerapkan protokol kesehatan di seluruh lembaga pendidikan militer di Indonesia, sejak Maret lalu.

Namun, menurutnya, banyak faktor penyebab yang bisa mencetuskan kasus positif corona di institusi pendidikan militer.

Dia berkata, misalnya, di dalam Secapa AD, para siswa sulit menerapkan protokol kesehatan secara ketat lantaran tinggal dalam satu barak. Ada 29 barak untuk menampung 1198 perwira siswa.

"Ini merupakan pelajaran bagi kami. Kita sudah lakukan beberapa evaluasi, termasuk semakin sering lakukan penyemprotan disinfektan, tidak hanya di luar, tapi juga ke dalam ruangan."

Baca juga: KSAD Berencana Menggelar Konferensi Pers di Secapa AD Bandung

"Itulah salah satu cara, walaupun dengan cara itu pun kita tidak bisa menjamin bahwa kita tidak akan pernah kena kasus Covid," ungkapnya.

Tapi, pengamat militer, Muradi menilai ada indikasi pelanggaran terkait munculnya kasus positif di lembaga pendidikan militer.

"Ada sesuatu yang dilanggar," kata Muradi melalui sambungan telepon, Sabtu (11/7/2020).

Sesuatu yang dilanggar itu, kata Muradi, adalah arahan presiden untuk melaksanakan bekerja di rumah dan belajar di rumah yang diterapkan selama pandemi Covid 19.

"Kan dari awal sudah ditegaskan bahwa semua itu dalam posisi work from home dan studying from home. Saya mengajar di Sesko AD, Sesko TNI memang pakai Zoom. Jadi saya agak terkejkut di Secapa masih terjadi begitu (belajar tatap muka). "

Baca juga: Klaster Secapa AD Ditangani TNI, Ini yang Dilakukan Gugus Tugas Jabar

Foto ilustrasi: Hingga kini sumber penularan belum diketahui.secapaad.mil.id Foto ilustrasi: Hingga kini sumber penularan belum diketahui.
"Makanya, kalau tiba-tiba semakin besar (kasus positif corona), ada yang salah dalam tata kelola pengajaran dan pembinaan dalam konteks pendidikan."

"Di Secapa saya kaget karena yang kena hampir semua pasis (perwira siswa), artinya ada penularan yang sistematis, ada carier yang sistematis," kata dosen tamu di sejumlah sekolah militer dan polisi ini.

"Kalau buat saya sebenarnya ada yang salah, apakah kemudian itu modelnya inisiatif, di luar yang sudah diarahkan oleh presiden, Panglima, atau Kapolri."

Muradi menduga, ada dua hal yang memicu pelanggaran tersebut, yakni keterbatasan sumber daya manusia atau infrastruktur yang tidak memadai untuk menggelar pembelajaran daring di Secapa AD dan Pusdikpom TNI AD.

Baca juga: Pemerintah: Klaster Covid-19 Secapa TNI AD Bandung Bisa Dikendalikan

"Saya menduga ada dua, pertama soal kemampuan sumber daya manusia untuk mengoperasikan belajar dari rumah, yang kedua kesiapan infrastruktur. Makanya, mereka memaksa pascalebaran bertemu."

"Kalau hitung pandeminya 14 hari tambah 14 hari, sudah satu bulan mereka berkumpul, artinya pertengahan Juni sudah masuk, kumpul lagi dan sebagainya," kata Muradi.

Kemampuan sumber daya manusia yang dimaksud Muradi adalah keterbatasan para siswa Secapa AD menyerap materi pendidikan secara daring.

Di lain pihak, mereka tidak memiliki daya tawar untuk menolak pembelajaran tatap muka.

Baca juga: Data Sementara Klaster Secapa AD Bandung, 1.200 Orang Positif Covid-19

Menurut Muradi, persaingan untuk menjadi seorang perwira berlangsung sangat ketat, baik di institusi TNI ataupun Polri.

"Secapa ini bintara yang mau jadi perwira. Mereka betul-betul ditempa, upayanya begitu luar biasa. Kalau tiba-tiba sudah puluhan tahun jadi bintara, kemudan ada kesempatan sekolah, saya akan perjuangkan betul. Apalagi di TNI ada bottle neck, yang lolos sedikit."

"Saya memahami psikologis mereka. Kalau ditakut-takuti, yang tidak datang akan dicoret, ganti yang baru, mau apa?"

"Kan antre. Mereka harus mengalahkan sekian ribu calon untuk lolos menjadi sekitar 900 orang calon perwira. Ini pertaruhan luar biasa. Ketimbang dicoret ganti yang baru, mulai dari nol lagi," tutur dosen ilmu politik program pascasarjana Universitas Padjajaran ini.

Baca juga: Terkait Klaster Secapa AD, Ridwan Kamil: Warga Tidak Boleh Menolak Diperiksa

Hingga kini, Jawa Barat belum menerapkan sanksi kepada masyarakat atau institusi yang ditemukan melanggar protokol kesehatan.ANTARA FOTO Hingga kini, Jawa Barat belum menerapkan sanksi kepada masyarakat atau institusi yang ditemukan melanggar protokol kesehatan.
Muradi meyatakan KSAD yang bertanggung jawab atas izin pembelajaran tatap muka.

"KSAD, dia yang menandatangani, memberikan rekomendasi dan izin untuk (pembelajaran tatap muka). Langkah Andika relatif baik dengan mendatangi, mengunjungi Secapa dan Pusdikpom TNI AD. Itu suatu bentuk pengakuan dia bersalah," kata Muradi.

Sementara KSAD Jenderal Andika Perkasa menyebutkan, aktivitas di sekolah kedinasan seperti Secapa AD juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah di masa pandemi Covid 19.

"Aktivitas di semua lembaga pendidikan itu bergantung pada situasi yang diterapkan oleh pemerintah daerah. Ada daerah yang masih PSBB, ada yang sudah tidak, ada yang sekarang pembatasan sosial berskala mikro dan seterusnya," ujar Andika.

Baca juga: Tidak Mau Disebut Kebobolan Soal Klaster Secapa AD, Ini Penjelasan Wakil Wali Kota Bandung

Sedangkan mengenai sumber penularan KSAD menyatakan banyak sekali kemungkinan dan variabel sehingga sumber penularan sulit ditemukan.

Lingkungan Secapa AD, menurut Andika, tidak hanya dihuni oleh siswa dan staf saja, tapi juga tinggal keluarga staf yang punya aktivitas di luar kompleks Secapa AD.

Di samping itu, siswa perwira memiliki hak pesiar satu hari dalam seminggu yang memungkinkannya berinteraksi dengan masyarakat di luar Secapa AD.

"Saya tidak akan sok tahu untuk menentukan sumbernya itu dari mana karena begitu banyak kemungkinan dan variabel," kata KSAD.

Baca juga: Ridwan Kamil: Klaster Secapa AD adalah Anomali, Akan Ditangani Langsung Mabes TNI

Berawal dari bisul

Ilustrasi bisul Ilustrasi bisul
Terungkapnya kasus positif di Secapa AD itu disebut KSAD sebagai kasus yang "diawali ketidaksengajaan."

Dua minggu lalu tepatnya tanggal 27 Juni 2020, dua orang perwira siswa Secapa AD di Kota Bandung berobat ke Rumah Sakit Dustira di Kota Cimahi.

Satu orang siswa mengalami demam karena bisul di tubuhnya, sedangkan seorang lagi mengalami gangguan di tulang belakangnya.

Sesuai protokol saat pandemi Covid-19, kedua siswa itu harus menjalani uji usap. Dua prajurit TNI AD itu lantas dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Ridwan Kamil Sarankan Pembatasan Akses Warga Sekitar Secapa AD Hegarmanah

Andika mengklaim, sejak mendapat laporan kasus positif pertama itu, dia langsung memerintahkan tes cepat massal bagi siswa, staf dan pelatih.

Dia berkata saat itu mengirimkan 1400 alat tes. Hasilnya uji massal itu, 187 orang dinyatakan reaktif.

Untuk hasil yang lebih akurat, mereka menggelar uji usap. Dari pemeriksaan itu ditemukan 1.280 kasus positif Covid-19.

"Dari jumlah itu 991 adalah perwira siswa, sedangkan sisanya, adalah staf anggota dari Secapa AD beserta keluarganya. Ada enam orang anggota keluarga di antara 289 itu," kata Andika saat jumpa pers di Makodam III Siliwangi, Jalan Aceh Kota Bandung, Sabtu (11/7/2020).

Baca juga: Secapa AD Jadi Klaster Covid-19, Komisi IX Minta Rapid Test Digelar Rutin di Sekolah Asrama

Awalnya, ada 30 orang yang dirawat di RS Dustira. Yang menjalani rawat inap kini tinggal 17 orang dan satu di antaranya telah dinyatakan negatif.

Sementara seribu lebih orang lainnya diminta menjalani isolasi di lingkungan Secapa AD. Kawasan pendidikan itu ditutup untuk karantina sejak dinyatakan sebagai klaster Covid-19.

"Semua masuk kategori ringan, bahkan tidak ada kategori sedang, apalagi berat," ungkap Andika, mantan Pangkostrad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com