Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

170 Petani Sumut Jalan Kaki ke Jakarta: Kami Dianggap Gila, tapi Negara yang Buat seperti Ini

Kompas.com - 13/07/2020, 09:10 WIB
Idon Tanjung,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Ratusan petani dari Sumatera Utara (Sumut) memenuhi lantai dasar Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Riau di Jalan OK M Jamil, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (12/7/2020) malam.

Para petani ini melakukan aksi jalan kaki dari Sumut menuju ibu kota Jakarta.

Mereka ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan konflik agraria antara petani dan PTPN II yang sudah berlangsung lama.

Saat ini mereka berada di Kota Pekanbaru. Mereka mendapat tempat singgah di kantor DPW PKB Riau sebelum melanjutkan perjalanan.

Dalam pantauan Kompas.com, sekitar pukul 22.00 WIB, para petani ini memenuhi kantor partai itu. Hujan mengguyur dengan intensitas sedang.

Baca juga: Detik-detik 2 Petani Meninggal akibat Disengat Lebah

Sebagian dari mereka tampak duduk berkumpul di teras. Namun, sebagian ada yang sudah tidur di lantai beralaskan tikar seadanya.

Sebagian besar petani yang melakukan aksi ini dari kaum pria, sedangkan kaum ibu sebanyak belasan orang.

Di halaman kantor terlihat pula tersusun rapi enam mobil yang mereka bawa dari Sumut. Ada juga peralatan masak di sudut halaman kantor.

Menuntut keadilan

Widi Wahyudi, koordinasi aksi jalan kaki, mengatakan, ada dua kelompok petani yang melakukan aksi jalan kaki, yaitu Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Serikat Tani Mancirim Bersatu di Kabupaten Deli Serdang, Sumut.

"Kami ini petani dari Desa Simalingkar dan Desa Mencirim. Kami melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Jakarta untuk menuntut keadilan kepada Bapak Presiden Joko Widodo," sebut Widi saat berbincang dengan Kompas.com, Minggu malam.

Dia mengatakan, jumlah petani yang ikut melakukan aksi jalan kaki ini sebanyak 170 orang.

Aksi nekat itu dilakukan untuk mencari keadilan terkait konflik yang mereka hadapi dengan PTPN II.

"Kami sudah 18 hari jalan kaki dari kampung, dan alhamdulillah sampai di Pekanbaru Sabtu (11/7/2020) malam. Jarak yang sudah kami tempuh sekitar 650 kilometer. Dan kami sangat berterima kasih kepada DPW PKB Riau yang telah membantu kami memberikan tempat istirahat," kata Widi.

Dia menceritakan, jalan kaki dari kampung dilakukan sejak 25 Juni 2020. Sebelum berangkat, para petani dicek kesehatannya karena saat ini dalam kondisi Covid-19.

Menurut Widi, semua petani yang sedang memperjuangkan keadilan ini dalam keadaan sehat.

Suka duka mereka lewati selama di perjalanan. Kadang mereka harus tidur di pinggir jalan, makan seadanya, hingga pernah diusir.

"Lebih banyak dukanya. Kami pernah diusir juga seolah-olah kami ini virus. Tapi, kami maklumi karena sekarang memang lagi ada virus corona," akui Widi.

Dia mengaku sudah tak terhitung berapa kali mereka berhenti selama berjalan kaki. Sementara mobil yang mereka bawa hanya untuk tempat perlengkapan masak dan digunakan bagi petani yang kelelahan.

Ratusan petani yang melakukan aksi ini terpaksa meninggalkan keluarganya di kampung.

"Entah makan apa anak istri di kampung. Tapi, mau bagaimana lagi, cuma aksi gila ini yang bisa kami lakukan. Kami hanyalah rakyat kecil yang enggak tahu hukum. Banyak yang bilang kami gila, tapi negara yang buat kami seperti ini," ujar Widi.

Digusur PTPN II

Widi mengaku, aksi jalan kaki ini dilakukan karena tempat tinggal dan lahan mereka sudah digusur oleh pihak PTPN II.

Kata dia, di Desa Simalingkar luas area yang berkonflik dengan PTPN II lebih kurang 854 hektar dan area petani Desa Mencirim sekitar 80 hektar.

"Sekarang lahan pertanian dan rumah tempat tinggal kami sudah rata akibat digusur. Lahan yang digusur di Desa Simalingkar atas dasar HGU nomor 171 tahun 2009, sedangkan Desa Mencirim atas dasar HGU Nomor 92 Tahun 2004. Padahal, tanah itu tanah kakek nenek kami sejak zaman Belanda dulu. Sudah banyak yang bersertifikat," kata Widi.

Ia menceritakan, pertikaian ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, menurut Widi, tahun 2012 sempat terjadi korban antara petani dan PTPN II akibat konflik tersebut.

Para petani sudah mengadu ke pemerintah dan berbagai instansi setempat, tetapi tidak ada hasil.

"Kami sudah mengadu kepada instansi terkait, tapi tak ada penyelesaian. Jadi sekarang inilah jalan terakhir kami jalan kaki ke Jakarta untuk menemui Bapak Presiden," kata Widi.

Dia dan para petani lainnya menargetkan sampai ke Istana Negara pada 17 Agustus 2020 atau tepat pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Mereka merencanakan untuk memproklamasikan kemerdekaan petani.

Baca juga: Ribuan Lebah Odeng Serang Belasan Petani Saat di Bekerja Sawah, 2 Meninggal

Namun, Widi menyebutkan bahwa saat ini dua orang perwakilan dari mereka sudah dipanggil ke Jakarta.

"Dua orang pembina kami sudah dipanggil ke Jakarta yang berangkat semalam menggunakan mobil. Jadi, sekarang kami menunggu instruksi. Kalau tidak ada kejelasan juga, maka kami akan lanjut jalan kaki ke Jakarta," pungkas Widi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com