Tidak hanya menjalani kearifan adat Orang Rimba, Yohana juga harus menjelaskan riwayat perjalanan. Masuk ke Bukit Duabelas juga menggunakan sepeda motor.
Yohana pun harus menjelaskan bahwa ia sudah memiliki surat dari dokter bahwa dia bebas dari Covid-19.
Setelah dirasa aman dan sehat (bungaron) barulah Yohana dibolehkan bertemu dengan anak-anak. Dia pun membawanya ke rumah singgah. Ada belasan anak yang belajar bersama Yohana.
“Saya menemui kepala sekolah untuk meminjam buku pelajaran. Kemudian berkonsultasi tentang materi yang harus diajarkan selama libur, agar anak-anak tidak ketinggalan pelajaran,” kata Yohana menjelaskan.
Yohana membuat suasana belajar layaknya di rumah (hutan). Fokus pada pendidikan dasar calistung yakni baca, tulis, dan hitung.
Metode mengajar Yohana biasanya belajar sambil bermain. Artinya tidak ada jadwal belajar khusus. Anak rimba belum paham waktu seperti anak lainnya.
"Kadang-kadang saat belajar di rimba, waktu gelap anak tidur. Tengah malam, mereka bangun minta belajar lagi. Kita yang sesuaikan keinginan mereka buat belajar," kata Yohana menegaskan.
Hampir semua anak-anak Orang Rimba sangat semangat belajar. Setelah belajar tengah malam, mereka tidur 4 hingga 5 jam, lalu menjelang subuh anak-anak bangun untuk belajar sampai matahari terbit.
Ini juga tantangan awalnya, Yohana terbiasa tidur normal. Kemudian dia harus menyesuaikan jam tidur anak rimba dan semangat mereka untuk belajar.
Baca juga: Kisah Maria Sang Dokter Rimba, Keluar Masuk Hutan Pedalaman Jambi untuk Melawan Corona (1)
Tidak hanya belajar sambil bermain, melainkan anak-anak juga belajar membuat kerajinan tangan. Bahkan anak-anak juga langsung belajar bercocok tanam, menanan sayuran. (bersambung)