Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba di Masa Pandemi, Tengah Malam Siswa Bangun dan Minta Belajar (1)

Kompas.com - 13/07/2020, 08:10 WIB
Suwandi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Pendidikan memang belum merata ke penjuru nusantara. Terutama daerah perbatasan, terpencil dan tertinggal.

Anak-anak Rimba di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) terancam tidak bisa belajar di masa pandemi Covid 19.

Sekolah tempat mereka menimba ilmu tidak memiliki akses internet memadai. Sehingga kegiatan belajar mengajar berhenti total.

Untuk menerapkan belajar dari rumah, guru terkendala jarak, infrastruktur jalan rusak dan akses masuk ke pedalaman hutan.

“Sekolah tutup sampai waktu tak ditentukan. Anak-anak telantar tidak bisa belajar. Saya terpanggil untuk mendampingi mereka, mengajari mereka dari hutan ke hutan,” kata staf pendidikan kelompok marginal, KKI Warsi Jambi, Yohana Pamella Berliana Marpaung kepada Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

Baca juga: Kisah Maria Sang Dokter Rimba, Ambil Alih Tugas Dukun Hantu Pedalaman Jambi (3)

Mendengar kabar anak rimba sepekan tak belajar, Yohana meluncur ke pedalaman hutan. Tepatnya awal April tahun ini.

Sebelum menemui anak-anak rimba, Yohana melakukan karantina mandiri selama 20 hari. Kemudian memeriksa diri ke dokter hingga dinyatakan aman dari Covid 19. 

Tiba di kaki Bukit Duabelas, Yohana berdiam rumah singgah KKI Warsi, tepatnya di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam.

Dia terkejut bukan kepalang, dalam benaknya akan banyak anak-anak di tempat ini, yang siap untuk belajar.

Rupanya selama libur sekolah, anak-anak rimba masuk ke hutan. Menemui orangtua masing-masing dan bekerja.

“Orangtua mereka menjemput, karena takut anaknya terserang virus Corona,” kata Yohana meyakinkan.

Yohana pun keluar masuk hutan menjemput anak-anak, untuk dikumpulkan di rumah singgah KKI Warsi Jambi.

Perjalanan yang melelahkan memang. Jarak tempuh dari satu sudong Orang Rimba ke sudong lainnya memakan waktu 7 hingga 8 jam.

Orangtua anak rimba curiga bahwa Yohana kemungkinan membawa virus.

Selama dalam rimba, Yohana harus menjalani karantina wilayah (besesandingon). Lalu menjaga jarak dengan social distancing (sesalungon).

Baca juga: Kisah Maria Sang Dokter Rimba, Sempat Dianggap Melawan Kepercayaan Suku Pedalaman Jambi (2)

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com