Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Fakta Nasib WNI di Kapal Lu Huang Yuan Yu 118...

Kompas.com - 12/07/2020, 10:50 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

 

Arie menambahkan, para ABK mengaku dianiaya dengan tangan kosong hingga besi setiap hari.

Sementara itu, meskipun sudah menetapkan satu tersangka, polisi terus melakukan penyelidikan.

Seperti diketahui, dalam kasus tersebut polisi menduga para ABK asal Indonesia juga menjadi korban trafficking atau perdagangan manusia. 

Tanda kekerasan di tubuh Hasan

Dilansir dari Antara, Tim Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Kepulauan Riau menemukan tanda kekerasan benda tumpul pada Hasan.

"Pada pemeriksaan luar, luka memar pada bibir, dada dan punggung," kata Kabid Dokkes Polda Kepri Kombes Pol Mohammad Haris di Kota Batam, Jumat.

Baca juga: Warga Lampung Tewas di Freezer Kapal Cina, Diduga Tergiur Loker Agen Ilegal di Facebook

Bibir PMI berinisial HA itu pecah-pecah, dada dan punggungnya nampak lebam biru.

Meski demikian, ia menyimpulkan luka kekerasan itu bukan penyebab utama kematian, karena tidak ada patah tulang dan lainnya yang fatal.

"Memar, tapi tidak sampai menyebabkan kematian," kata dia.

Polri diminta tangani langsung

Ilustrasi polisi air Italia yang tengah berpatroli.Carabinieri via BBC Ilustrasi polisi air Italia yang tengah berpatroli.

Dari penelusuran Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia, ABK Hasan disalurkan melalui perusahaan penyalur tenaga kerja ilegal ata nama PT MTB do Kota Tegal.

PT MTB, menurut DFW, tidak memiliki Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (SIUPPAK) dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Surat Izin Perusahan Penempatan Pekerja Migran (SP3MI) dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker).

"Mendorong Kapolri memberikan perhatian khusus pada masalah ini karena menyangkut kejahatan perdagangan orang yang menimbulkan kerugian korban jiwa," ujar Koordinator Nasional DFW Indonesia, Moh Abdi Shufan, dalam keterangan tertulis, Rabu (8/7/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com