PADANG, KOMPAS.com - Pada awal Mei lalu, Provinsi Sumbar sempat berada di posisi tujuh besar nasional dengan kasus Covid-19 tertinggi se-Indonesia.
Sumbar sukses menekan angka itu walau perlahan namun pasti. Saat ini posisi Sumbar turun drastis ke peringkat 17 nasional.
Di balik keberhasilan itu ada nama dokter Andani Eka Putra. Dia adalah Kepala Labor Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Padang.
Di laboratoriumnya, hingga sekarang sudah 55.000 sampel swab diperiksa sejak diberi izin Kemenkes pada 20 Maret 2020 lalu. Bahkan lab ini bisa menguji hingga 2.600 sampel swab per hari.
Baca sebelumnya: Kisah Dokter Andani, Kepala Lab Unand yang Jadi Pahlawan Sumbar Kendalikan Covid-19 (1)
Menurut dokter Andani, memutus mata rantai Covid-19 itu ibarat menangkap harimau yang berkeliaran, bukan harimau yang sudah terperangkap.
"Lebih baik kita tangkap harimau yang berkeliaran di hutan daripada menemukan harimau yang sudah terperangkap. Artinya yang harus kita temukan itu adalah penderita Covid-19 yang berstatus orang tanpa gejala bukan status pasien dalam pengawasan," jelas Andani.
Caranya yaitu melakukan tracing, kemudian diswab, dan sampelnya dites di labor.
Mereka yang didapati positif adalah orang tanpa gejala, bukan pasien dalam pengawasan.
Terbukti di Sumbar, 81 persen kasus positif Covid-19 merupakan orang tanpa gejala.
"Kuncinya ada di situ. Tracing, diswab kemudian sampelnya dites di labor. Ada yang positif ditracing lagi, diswab dan diperiksa.lagi. Begitu seterusnya," kata Andani.
Menurut Andani, tiga hal tersebut harus dilakukan dengan cepat karena yang dilawan itu virus dengan penularan cepat.
Baca juga: Disetujui Kemenkes, Sumbar Kini Punya Laboratorium Pemeriksaan Corona di RS Unand