"Kita didukung pihak universitas dan pemerintah daerah. Kapasitas labor ditingkatkan. Kemudian ditunjuk Kemenkes sebagai salah satu labor pemeriksa sampel," kata Andani.
Setelah ditunjuk, Andani menyiapkan stafnya. Hampir semuanya adalah mahasiswa.
"Awalnya mereka takut. Tapi setelah dikasih tahu ini tugas mulia dan kita menjalani tugas secara hati-hati, akhirnya mereka mau," jelas dokter Andani.
Baca juga: Laboratorium Unand Mampu Periksa Sampel Covid-19 dari Bengkulu dan Jambi
Menurut Andani, Covid-19 merupakan penyakit yang penyebarannya sangat cepat.
Untuk memutus mata rantai penyebarannya dibutuhkan identifikasi pasien secara cepat. Caranya yaitu melalui tes swab bukan rapid test.
Tes swab, kata Andani merupakan satu-satunya cara untuk memastikan seseorang terkena Covid-19 atau tidak.
Sedangkan rapid test hanya alat untuk mengetahui reaktif atau tidaknya seseorang terhadap infeksi virus.
Baca juga: Laboratorium Unand Terima Permintaan Pemeriksaan Sampel Pasien dari Provinsi Tetangga
"Makanya hasil rapid test tidak menjamin seseorang positif atau tidaknya Covid-19. Kasus dua penumpang yang lolos naik pesawat hanya dengan bekal rapid test itu adalah contohnya," kata Andani ketika mengomentari dua penumpang positif Covid-19 yang lolos naik pesawat.
Rapid test sendiri, kata Andani, tidak direkomendasikan WHO untuk pemeriksaan Covid-19.
"Bayangkan kita pakai rapid test. Hasilnya tidak akurat. Orang Tanpa Gejala (OTG) ini masih berkeliaran menularkan virusnya. Sampai kapan bisa selesainya," jelas Andani.