Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegaran Husniati, Ibunda Kembar Siam Anaya-Inaya: Saya Ingin Menggendong Mereka Sepuasnya

Kompas.com - 11/07/2020, 06:37 WIB
Idham Khalid,
Khairina

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com- Husniati (40), warga Desa Jurit, Lombok Timur, terlihat lelah  menggendong bayi kembar siamnya itu yakni Anaya dan Inaya.

Sementara itu, Jupri (38) suaminya dengan segera menggantikan Husniati untuk menggendong kedua bayi itu kembali.

Umur yang yang menginjak 13 bulan dengan berat badan yang juga bertambah-saat ini kedua bayi itu memiliki berat badan 14 kilogram-bagi Husniati bukan tubuh yang ringan lagi.

Baca juga: Mari Bantu Anaya dan Inaya, Bayi Kembar Siam dengan 1 Hati, Butuh Biaya Operasi Rp 1 Miliar

Kondisi Anaya dan Inaya dengan dada berdempet menjadi kesulitan tersendiri merawat bayi tersebut.

“Kesulitan pertama saat menggendong, saya ingin menggendong anak saya sepuasnya, tapi karena beratnya mereka terus bertambah, sampai-sampai tidak muat untuk gendong dua-dunya,” kata Husniati, Jumat (26/6/2020)

Selain menggendong, sang ibu penyabar ini juga kesulitan untuk menyusui bayinya, karena keadaan dada yang berdempetan.

Bagi Husniati, anak tetaplah anak yang dititipkan Tuhan kepadanya, yang harus dirawat dan dijaga bagaimanapun kondisinya. Dirinya tidak ingin bersedih di depan anaknya.

"Saya harus tetap tersenyum, saya harus merasa gembira, supaya anaka saya gembira, supaya mereka tidak sedih," kata Husniati.

Tidak ingin kalah dengan anak-anak yang lain, Husniati tetap mengajarkan kedua bayinya tersebut berhitung, seperti anak pada umumnya.

Husniati menyebutkan, kedua bayi kembar siamnya itu sangat aktif, di umurnya yang ke 13 bulan, anaknya itu sudah sedikit bisa memanggil nama kakaknya.

Baca juga: 90 Dokter Terlibat dalam Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Anaya dan Inaya

"Dia aktif sekali bicara, memanggil nama, nama kakaknya eca-eca gitu, sangat bahagia melihat mereka," tutur Husniati dengan mata bersinar bahagia.

Namun air mata kesedihan Husniati tak bisa terbendung, saat mengingat kedua anaknya itu tidur.

Kondisi kembar siam dengan dadanya berdempetan kerap kali saat bayinya yang satu tertidur dan satunya bangun, sehingga yang bangun menarik saudaranya yang sedang pulas tertidur. Hal itu membuat hati Husniati teriris.

"Pas yang satunya tidur, dan yang satunya masih bangun, terus maunya jalan-jalan yang satunya, terpaksa yang masih tidur ini kita angkat, terkadang juga digeret yang satunya, perasaan saya hancur,” kata Husniati terharu membayangkan kondisi anaknya.

Hanya ada satu pinta Husniati, yakni ingin  kedua bayinya tersebut segera dipisahkan dan berharap kepada donatur untuk dapat membantu biaya operasi anaknya itu.

Dikabarkan sebelumnya, Husniati mengetahui bayinya itu kembar siam saat bulan ke 5 kehamilannya.

Dokter di Rumah Sakit RSUD Sudjono, Lombok Timur memastikan anaknya kembar siam.

Saat lahir pada Mei 2019 lalu dengan cara dioperasi caesar, anaknya tersebut lahir dengan keadaan dada yang berdempet, dengan memiliki 2 jantung , namun mempunyai satu hati yang berada di tengah-tengah.

Dikabarkan sebelumnya, bayi kembar siam ini memiliki dua jantung, namun memiliki satu hati yang rencana akan dioperasi dengan biaya menghabiskan lebih dari Rp 1 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com