Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kondisi Covid-19 di Surabaya Setelah 2 Pekan Waktu yang Diberikan Jokowi Habis

Kompas.com - 10/07/2020, 13:54 WIB
Ghinan Salman,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com- Batas waktu yang diberikan Presiden Joko Widodo bagi Pemprov Jawa Timur untuk menurunkan angka positif Covid-19 telah habis.

Perintah itu disampaikan Jokowi saat datang ke Jatim pada 25 Juni.

Saat itu, Jokowi juga menyinggung soal Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik) sebagai daerah penyumbang Covid-19 di Jatim lebih dari 50 persen.

Lalu, bagaimana kondisi kasus corona di Surabaya kini?

Baca juga: Waktu yang Diberikan Jokowi Habis, Bagaimana Tren Kasus Covid-19 di Jatim Selama 2 Pekan?

Dua pekan berlalu, Kota Surabaya masih menjadi daerah penyumbang terbanyak angka kasus positif Covid di Jatim.

Hingga Kamis (9/7/2020) malam, jumlah kasus pasien positif Covid-19 tercatat ada 6.781 kasus, setelah bertambah 100 kasus.

Kompas.com mencoba mengonfirmasi perihal deadline Jokowi ke Pemkot Surabaya.

Sayang, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Pemkot Surabaya M Fikser enggan memberikan tanggapan.

Baca juga: Bertemu Pemuda Tak Pakai Masker di Kedai Kopi, Risma: Ayo Kamu Push Up

Fikser hanya menjelaskan perihal upaya Pemkot Surabaya dalam menekan kasus Covid di "Kota Pahlawan".

Selama dua pekan, petugas gencar melakukan razia terhadap warga yang tak mematuhi protokol kesehatan. 

"Jadi operasi seperti harus pakai masker sering kami lakukan. Semua OPD turun ke lapangan memberikan masker, mengedukasi masyarakat," kata Fikser kepada Kompas.com, saat dihubungi Kamis (9/7/2020) malam.

"Bahkan, kelurahan, kecamatan, juga melakukan hal yang sama di ruang publik, baik di pasar, warung kopi, taman, di mal, dan tempat di mana warga berkumpul," tutur Fikser menambahkan.

Selain gencar melakukan razia, sanksi yang diberikan terhadap pelanggar protokol kesehatan dinilai lebih tegas.

Misalnya, para pelanggar langsung dibawa ke lingkungan pondok sosial yang bertugas memberi makan ODGJ, menyapu jalan, dan penyitaan KTP.

Namun, Fikser enggan menanggapi apakah sanksi yang diberikan sudah berjalan efektif untuk membuat warga sadar dan mau mematuhi anjuran pemerintah.

"Saya kira, kalau bilang efektif atau tidak, pihak lain yang bisa menilai dari apa yang kita lakukan," ujar Fikser.

Saat ini, Pemkot Surabaya terus berupaya untuk mengedukasi masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan.

Salah satu caranya adalah mengoptimalkan peran dan fungsi ratusan Kampung Tangguh Wani Jogi Suroboyo yang sudah dibentuk.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Surabaya terus melakukan evaluasi untuk menekan angka penyebaran kasus Covid-19 di Surabaya.

Pendekatan yang dilakukan salah satunya adalah menggunakan teknologi untuk menganalisa kawasan tertentu, seperti kelurahan atau kecamatan, masuk zona merah atau tidak.

Dengan cara itu, dia berharap masyarakat lebih peduli dan bergerak bersama memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Tren angka kasus covid-19 meningkat

Selama dua pekan terakhir, angka kasus positif Covid-19 di Surabaya terus meningkat.

Berdasarkan data di laman infocovid19.jatimprov.go.id, ada penambahan 187 kasus baru pada 26 Juni di Surabaya.

Pada 27 Juni bertambah 70 kasus, 28 Juni ada sebanyak 96 kasus, 29 Juni bertambah 95 kasus, dan meningkat 210 kasus pada 30 Juni.

Sedangkan pada 1 Juli, penambahan kasus positif Covid-19 bertambah 156 kasus, 2 Juli terdapat 128 kasus, 3 Juli bertambah 99 kasus, 4 Juli mencapai 131 kasus, dan 136 kasus pada 5 Juli.

Sementara pada 6 Juli, angka kasus positif Covid-19 bertambah jadi 59 kasus, 7 Juli terdapat 56 kasus, 8 Juli meningkat 108 kasus dan 100 kasus pada 9 Juli.

Sehingga per Kamis malam, secara kumulatif angka kasus positif Covid-19 di Surabaya mencapai 6.781 kasus.

Terkait hal itu, Fikser mengaku tren angka kasus positif Covid-19 di Surabaya tidak bisa dibisa dibilang turun, tetapi juga tidak bisa dikatakan tinggi.

"Saya tidak bisa bilang turun, saya juga tidak bisa bilang naik. Artinya memang ya itulah, kita tetap kerja fokus untuk kesehatan warga Surabaya," kata Fikser.

Pemkot Surabaya melakukan evaluasi untuk mencari cara dan pola penanganan yang harus dilakukan untuk menekan angka kasus positif Covid-19.

Upaya yang saat ini dilakukan untuk menekan angka kasus Covid-19 di Surabaya adalah dengan menerapkan micro lockdown.

Menurut Fikser, apabila ditemukan kasus positif di satu gang kampung maupun perumahan, maka akan dilakukan penutupan di gang tersebut oleh satgas Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo.

"Artinya tidak hanya satu RT/RW, di satu gang itu bisa dikunci. Kalau di satu gang ada satu, dua atau tiga sebaran kasus positif Covid-19, ya di gang itu dilakukan penutupan, blokir," kata dia.

"Karena yang penting penyebaran Covid-19 itu dilakukan pemutusan di level bawah. Itu terus kami dilakukan," ujar Fikser melanjutkan.

Tingginya angka kasus Covid-19 di Surabaya disebut karena testing berupa rapid test dan swab test yang dilakukan secara masif.

Merujuk data di website lawancovid-19.surabaya.go.id hingga 8 Juli 2020, warga yang sudah menjalani rapid test mencapai 101.532 orang.

Dari angka itu, 91.338 orang dinyatakan non-reaktif, 10.118 orang berstatus reaktif, dan 76 orang berstatus invalid.

Sedangkan warga yang sudah menjalani tes swab sebanyak 24.975 orang, hasil tes swab yang sudah keluar mencapai 24.659, sementara yang belum keluar sebanyak 316 orang.

Dari hasil tes swab yang sudah keluar sebanyak 24.659 orang, 17.297 orang dinyatakan negatif, 7.159 berstatus positif, dan 203 orang berstatus invalid.

Tes massal ini sudah dilakukan Pemkot Surabaya sejak mendapat bantuan mobil laboratorium PCR dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Intelijen Negara pada Mei 2020 lalu.

"Tes massal akan terus dilakukan, supaya bisa tahu penyebarannya seperti apa di satu tempat dan tempat lain. Ini kan harus dicari karena (Covid-19) tidak bisa dilihat, carinya dengan swab itu. Makanya itu dilakukan secara massif," kata Fikser.

Selama masa pandemi ini belum berakhir, rapid test dan tes swab akan terus dilakukan secara masif kepada semua lapisan warga Surabaya.

Menurut Fikser, kesadaran masyarakat untuk melakukan rapid test maupun swab test secara mandiri dinilai semakin tinggi.

Saat ini hampir semua rumah sakit dan pusat kesehatan juga membuka layanan untuk pemeriksaan swab.

"Artinya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatannya dan tidak ikut menularkan kepada yang lain sangat tinggi. Jumlahnya berapa saja, semakin banyak akan semakin bagus," kata Fikser.

Selain angka penambahan kasus Covid-19 yang terus meningkat, angka kematian pasien Covid-19 di Surabaya juga masih tinggi.

Sejak 25 Juni hingga saat ini, ada belasan pasien positif Covid-19 dilaporkan meninggal.

Per 9 Juli 2020, angka kematian pasien Covid-19 di Surabaya mencapai 573 kasus.

Sayangnya, Fikser enggan menanggapi apa penyebab banyak pasien Covid-19 meninggal di Surabaya.

"Kalau meninggal itu, aku enggak berani bicara karena sudah berkaitan dengan medis ya. Kalau itu aku enggak berani. Karena itu harus dievaluasi lagi penyebabnya karena apa," kata Fikser.

Meski demikian, Fikser menyebut rata-rata pasien meninggal karena Covid-19 memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

"Yang meninggal ini, jumlahnya lebih banyak yang ada komorbidnya. Kalau lihat dari hasil evaluasi, diabetes yang tertinggi, lalu diikuti dengan penyakit-penyakit lain," kata Fikser.

Kendati angka kasus positif dan angka kematian Covid-19 terus meningkat, Pemkot Surabaya berhasil menjaga tren recovery rate atau angka kesembuhan pasien Covid-19.

Hingga 9 Juli 2020, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Surabaya tercatat sebanyak 3.219 pasien sembuh.

Angka kesembuhan pasien Covid-19 yang terus meningkat ini berkat penanganan yang dilakukan tenaga medis.

Di sisi lain, Pemkot Surabaya disebut selalu memberikan makanan bergizi, makanan tambahan, vitamin, seperti yang dilakukan terhadap pasien Covid-19 yang dikarantina di Hotel Asrama Haji.

Di Hotel Asrama Haji, pasien Covid-19 tidak ada yang merasa stres ataupun depresi. Karena setiap hari mereka bertemu dengan pasien lain dan bebas bertemu dan melakukan apa saja di area asrama.

"Setiap pagi senam, ketemu dengan teman-teman, kita juga atur jam istirahatnya dengan baik. Sehingga mereka lebih teratur. Tidak tertekan, karena bisa ketemu siapa saja dan jalan-jalan di lingkungan Hotel Asrama Haji," kata Fikser.

"Kuta berterima kasih kepada tenaga medis yang telah berupaya untuk menyembuhkan pasien. Sehingga trennya juga terus meningkat," tutur Fikser menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com