Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan HB X Minta Masyarakat Tak Khawatir Soal Kondisi Merapi

Kompas.com - 10/07/2020, 06:11 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Gubenur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan tidak perlu khawatir dengan kondisi aktivitas Gunung Merapi saat ini karena statusnya tidak naik dan radius bahaya masih berada di dalam tiga kilometer dari puncak.

Warga lereng Merapi juga sudah paham betul apa yang harus dilakukan jika terjadi erupsi.

"Statusnya kan ndak naik, tetap seperti kemarin waspada ya kan," ujar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di kompleks Kepatihan, Kamis (9/7/2020).

Baca juga: Ini Penjelasan BPPTKG Yogyakarta Soal Kondisi Gunung Merapi yang Menggembung

Sri Sultan menyampaikan, aktivitas Gunung Merapi saat ini berbeda dengan dahulu. Jika dahulu aktivitasnya empat tahun sekali. Namun sekarang lebih dari empat tahun.

"Walaupun dia (Gunung Merapi) punya aktivitas mengeluarkan magma tapi kan jaraknya terbatas dan tetap di atas," jelasnya.

Dijelaskannya, warga masyarakat lereng Merapi sudah mengetahui tanda-tanda alam jika Gunung Merapi akan erupsi. Sebab mereka sudah hidup berdampingan dengan Gunung Merapi.

"Selama ini warga masyarakat lereng Merapi itu tahu persis, walaupun kita mengatakan bahaya tapi masyarakatnya tahu persis. Selama tidak ada hewan yang akan mengungsi, tak akan ada lava turun, mereka juga tahu itu," ujarnya.

Pengetahuan tentang tanda-tanda alam warga masyarakat lereng Merapi, lanjutnya, tidak perlu diragukan. Sehingga tidak perlu diajari lagi.

"Jadi tidak usah ada campaign masalah bencana di Merapi karena mereka sudah tahu," tandasnya.

Baca juga: Pemkab Sleman Susun Ulang Mitigasi Bencana Gunung Merapi Sesuai Protokol Covid-19

Menurutnya masyarakat lereng Gunung Merapi juga sudah memiliki pemahaman apa yang harus dilakukan ketika terjadi erupsi. Bahkan mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya.

Dicontohkannya, barang maupun surat-surat berharga tidak pernah disimpan di lemari dan dikunci. Tetapi, mereka sudah memasukkan barang-barang berharga tersebut dalam satu wadah yang siap dibawa.

"Barang berharga itu sudah dia siapkan, sekaligus dengan pakaian ganti. Yang setiap saat dia bawa untuk meninggalkan tempatnya kalau ada bencana, sehingga tidak usah khawatir," kata Sultan.

Diungkapkannya, BPPTKG Yogyakarta sudah memasang alat-alat yang modern untuk memantau aktivitas Gunung Merapi. Sehingga, dengan alat-alat yang modern ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat terkait aktivitas Gunung Merapi.

"Harapan saya dengan teknologi yang lebih canggih sangat penting untuk memperingatkan publik," bebernya.

Sri Sultan juga berharap agar jangan ada lagi orang tidak bertanggungjawab yang mencuri atau merusak alat-alat pengamatan Gunung Merapi.

Sebab, alat-alat tersebut sangat penting untuk memantau aktivitas Gunung Merapi.

"Itu barang penting, kalau dipasang terus hilang kan susah, Saya kira hal-hal seperti ini jangan terjadi lagi. Kita kan juga sudah tahu akibat yang terjadi di tahun 2010, sehingga harapannya dipasangi alat-alat itu untuk bisa memberikan informasi yang lebih baik untuk kita ketahui," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com