KOMPAS.com- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat adanya aktivitas penggembungan Gunung Merapi.
Penggembungan sejak sekitar dua pekan terakhir itu rupanya juga pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu.
Terkait aktivitas ini, BPPTKG Yogyakarta mengimbau masyarakat tak panik namun tetap meningkatkan kewaspadaan.
Baca juga: Gunung Merapi Menggembung, Warga Diminta Tidak Panik
"Aktivitas Gunung Merapi masih terjadi. Saat ini ada pemendekan tubuh Gunung Merapi dari pengukuran, jadi ada penggembungan," kata Hanik, Kamis (9/7/2020).
Penggembungan ini terpantau sejak sekitar dua pekan lalu, atau setelah erupsi pada 21 Juni 2020.
"Penggembungan 0,5 sentimeter per hari, itu sejak 22 Juni kemarin, jadi setelah erupsi (21 Juni). Artinya magma semakin ke atas," tutur Hanik.
Baca juga: Fakta Erupsi Gunung Merapi, Terjadi Dua Kali hingga Hujan Abu di 8 Kecamatan
Aktivitas penggembungan Gunung Merapi bukan kali pertama terjadi.
Hanik menyebut, penggembungan serupa juga terjadi di Gunung Merapi pada tahun 2010.
Justru, saat itu, penggembungan lebih signifikan jika dibanding saat ini.
Saat erupsi tahun 2010, rata-rata perhari Gunung Merapi mengalami penggelembungan 30 sentimeter hingga 40 sentimeter.
"Jangan dibayangkan erupsi Merapi itu seperti 2010 ya. 2010 dari Kaliurang itu 120 sentimeter selama satu bulan," kata dia.
Baca juga: Gempa 5,1 Magnitudo di Selatan Pacitan Tak Pengaruhi Aktivitas Gunung Merapi
Pertama terjadi erupsi Gunung Merapi.
"Bisa meletus seperti kemarin erupsi yang 21 Juni, kan sejak 2018 erupsi dengan eksplosivitas I itu skala terendah, 2010 itu IV, yang 2006 itu II. Kalau Kita bilang eksplosif itu karena dominan gas," papar dia.
Adapun, kemungkinan kedua dari penggembungan saat ini adalah tumbuhnya kubah lava Gunung Merapi.
Untuk diketahui, hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus level II (Waspada)
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.