Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Merapi Menggembung Sejak 2 Pekan Lalu, Pernah Terjadi 10 Tahun Sebelumnya

Kompas.com - 09/07/2020, 15:01 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat adanya aktivitas penggembungan Gunung Merapi.

Penggembungan sejak sekitar dua pekan terakhir itu rupanya juga pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu.

Terkait aktivitas ini, BPPTKG Yogyakarta mengimbau masyarakat tak panik namun tetap meningkatkan kewaspadaan.

Baca juga: Gunung Merapi Menggembung, Warga Diminta Tidak Panik

Memendek

Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami erupsi pada Kamis sore. (ANTARA/HO/BPPTKG)antaranews Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami erupsi pada Kamis sore. (ANTARA/HO/BPPTKG)
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menuturkan, aktivitas perubahan di tubuh Gunung Merapi terbaca oleh alat BPPTKG Yogyakarta di Babadan, Magelang.

"Aktivitas Gunung Merapi masih terjadi. Saat ini ada pemendekan tubuh Gunung Merapi dari pengukuran, jadi ada penggembungan," kata Hanik, Kamis (9/7/2020).

Penggembungan ini terpantau sejak sekitar dua pekan lalu, atau setelah erupsi pada 21 Juni 2020.

"Penggembungan 0,5 sentimeter per hari, itu sejak 22 Juni kemarin, jadi setelah erupsi (21 Juni). Artinya magma semakin ke atas," tutur Hanik.

Baca juga: Fakta Erupsi Gunung Merapi, Terjadi Dua Kali hingga Hujan Abu di 8 Kecamatan

 

Petugas mengamati letusan Gunung Merapi dari pos pantau Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (21/6/2020). Gunung Merapi meletus pada pukul 09.13 WIB dengan tinggi kolom 6000 meter, dan berstatus waspada.ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH Petugas mengamati letusan Gunung Merapi dari pos pantau Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (21/6/2020). Gunung Merapi meletus pada pukul 09.13 WIB dengan tinggi kolom 6000 meter, dan berstatus waspada.
Pernah terjadi 10 tahun lalu

Aktivitas penggembungan Gunung Merapi bukan kali pertama terjadi.

Hanik menyebut, penggembungan serupa juga terjadi di Gunung Merapi pada tahun 2010.

Justru, saat itu, penggembungan lebih signifikan jika dibanding saat ini.

Saat erupsi tahun 2010, rata-rata perhari Gunung Merapi mengalami penggelembungan 30 sentimeter hingga 40 sentimeter.

"Jangan dibayangkan erupsi Merapi itu seperti 2010 ya. 2010 dari Kaliurang itu 120 sentimeter selama satu bulan," kata dia.

Baca juga: Gempa 5,1 Magnitudo di Selatan Pacitan Tak Pengaruhi Aktivitas Gunung Merapi

Bisa terjadi erupsi atau tumbuh kubah lava

Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/6/2020). Gunung Merapi mengalami erupsi pada pukul 09.13 WIB dengan aplitudo 75 mm, dengan durasi letusan 328 detik dan tinggi kolom erupsi kurang lebih 6.000 meter dari puncak.ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/6/2020). Gunung Merapi mengalami erupsi pada pukul 09.13 WIB dengan aplitudo 75 mm, dengan durasi letusan 328 detik dan tinggi kolom erupsi kurang lebih 6.000 meter dari puncak.
Terkait aktivitas penggembungan Gunung Merapi, Hanik mengemukakan dua kemungkinan.

Pertama terjadi erupsi Gunung Merapi.

"Bisa meletus seperti kemarin erupsi yang 21 Juni, kan sejak 2018 erupsi dengan eksplosivitas I itu skala terendah, 2010 itu IV, yang 2006 itu II. Kalau Kita bilang eksplosif itu karena dominan gas," papar dia.

Adapun, kemungkinan kedua dari penggembungan saat ini adalah tumbuhnya kubah lava Gunung Merapi.

Untuk diketahui, hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus level II (Waspada)

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com