KENDAL, KOMPAS.com- Sugeng Priyono (43) terlihat sedang mengukur ketinggian roda motor yang dimodifikasi di rumahnya Dusun Mijen, Desa Merbuh, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Beberapa kali, penyandang difabel tersebut harus mondar-mandir mendekati sepeda motor roda dua yang mau dijadikan roda tiga.
Lelaki lajang itu, tidak kenal lelah dan putus asa walaupun kedua kakinya cacat. Sugeng berjalan dengan tumpuan kedua tangannya.
“Ini (sepeda) motor saya, yang mau saya modifikasi menjadi roda tiga. Untuk roda tambahannya, saya buat monoshock,” kata Sugeng di rumahnya, Rabu (8/07/2020).
Baca juga: Pemenuhan Hak Kelompok Difabel Harus Jadi Perhatian
Sugeng yang pernah mengenyam pendidikan di SMPN Merbuh, baru menekuni usaha modifikasi sepeda motor sejak wabah Covid-19 melanda Indonesia.
Dulu, anak pasangan Yakub dan Sumiah ini, dikenal sebagai pembuat gitar dan sound system.
Bahkan sound system buatannya, pernah meraih juara satu lomba pengeras suara di Yogyakarta.
Lantaran pandemi Covid-19, kini lelaki yang hobi mendengarkan musik rock tersebut, beralih usaha menjadi pembuat motor modifikasi untuk penyandang difabel.
Baca juga: Ini Upaya Pemerintah Memenuhi Hak Difabel di Masa Pandemi
Selain untuk menolong sesama penyandang difabel, Sugeng juga ingin dapurnya tetap mengebul.
“Saya sebenarnya juga menerima sewa sound system, tapi (sejak wabah) Covid-19, tidak ada masyarakat yang menikahkan anaknya pakai ramai-ramai, sehingga persewaan sound system-nya sepi,” keluhnya.