KOMPAS.com - Lembaga Adat Baduy meminta pemerintah untuk menutup kawasannya dari lokasi tujuan wisata.
Pasalnya, sejak kawasannya itu dibuka untuk wisatawan justru banyak menimbulkan masalah tersendiri bagi warga Baduy.
Masalah tersebut di antaranya terkait dengan banyaknya sampah, aturan adat yang tidak diindahkan, hingga warga Baduy yang risih saat menjadi tontonan wisatawan.
"Membanjirnya wisatawan yang tujuannya enggak jelas, cuma nontonin orang Baduy, sebenernya membuat mereka risih. Belum lagi masalah sampah dan lain-lain," kata Heru Nugroho yang mengaku memiliki kedekatan dengan masyarakat Baduy kepada Kompas.com, Selasa (7/7/2020).
Akibat adanya masalah itu, Lembaga Adat Baduy telah membuat surat yang akan dikirimkan kepada pemerintah.
Adapun orang terdekat Suku Baduy yang ditunjuk untuk menjembatani menyampaikan surat tersebut kepada pemerintah di antaranya adalah Heru Nugroho, Henri Nurcahyo, Anton Nugroho, dan Fajar Yugaswara.
Surat itu, kata Heru, ditujukan untuk Gubernur Banten, Bupati Lebak, dan sejumlah kementerian terkait.
Adapun mereka yang membubuhkan cap jempol dalam surat itu antara lain Jaro Saidi sebagai Tangunggan Jaro 12, Jaro Aja sebagai Jaro Dangka Cipati, dan Jaro Madali sebagai sebagai Pusat Jaro 7.
"Pada tanggal 16, Jaro Alim memberi amanah ke saya, barangkali bisa membantu mencarikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang ada. Saat itu kami sepakat, sebaiknya Baduy dihapus dari peta wisata nasional," kata Heru.
Baca juga: Duduk Perkara Lembaga Adat Baduy Minta Dihapus dari Destinasi Wisata
Sementara saat dikonfirmasi, Kepala Desa Kanekes dan Dinas Pariwisata setempat justru belum mengetahui terkait informasi tersebut.
Jaro Saija yang merupakan Kepala Desa Kanekes mengatakan, penutupan kawasan Baduy saat ini dilakukan karena adanya pandemi Covid-19.
Sehingga wisatawan atau orang luar tidak diperkenankan untuk masuk di kawasan tersebut.
Namun demikian, kebijakan penutupan itu sifatnya hanya sementara.
Oleh karena itu, terkait dengan adanya keluhan dan permintaan untuk melakukan penutupan secara permanen, pihaknya mengaku belum mengetahuinya.
"Saya tidak tahu, tidak diberitahu kalau ada pertemuan seperti itu. Saat ini lagi mencari tahu siapa yang kirim surat tersebut," kata Saija saat dihubungi Kompas.com, Selasa.
Baca juga: Tercatat Nihil, Ini Cara Unik Suku Baduy Tangkal Corona
Penulis : Kontributor Banten, Acep Nazmudin | Editor : Abba Gabrillin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.