Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Pandemi, Bali Terima Lagi Wisatawan di Akhir Juli, Pakar Sebut Terlalu Buru-buru

Kompas.com - 07/07/2020, 12:02 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Bali kembali membuka pariwisata ketika provinsi tersebut menduduki peringkat sembilan kasus harian terbanyak di Indonesia.

Namun pakar virologi menyebut pembukaan wisata di Bali terlalu terburu-buru.

Bali berencana menerima kembali wisatawan dalam negeri pada akhir bulan Juli, beberapa bulan setelah ditutup untuk menekan penyebaran wabah Covid-19.

Sedangkan wisatawan asing akan dibolehkan berkunjung ke Bali mulai September mendatang.

Baca juga: Mau ke Bali Saat Pandemi? Simak Aturan Terbarunya

Kalangan pebisnis belum bisa memastikan dapat mempekerjakan kembali pegawai yang sudah dirumahkan, karena jumlah kunjungan wisatawan ke Bali belum bisa diprediksi di masa pandemi.

Di sisi lain, epidemiolog memberikan peringatan jika protokol kesehatan tidak dijalankan, tujuan wisawatan mancanegara ini justru akan menjadi kluster baru penularan covid-19.

Setelah sempat ditutup untuk publik sejak Maret 2020 lalu, Pura Agung Besakih, pura terbesar di Bali pun kembali dibuka sekaligus menjadi tempat untuk memulai penerapan normal baru di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tersebut.

Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Bali Capai 1.900, Warga Diminta Lebih Disiplin

Dua warga negara Inggris mengikuti persembahyangan bersama dalam upacara Pamahayu Jagat di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Minggu (5/7/2020) ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo Dua warga negara Inggris mengikuti persembahyangan bersama dalam upacara Pamahayu Jagat di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Minggu (5/7/2020)
Kidung dan doa terlantun bersahutan di bagian inti (utama mandala) Pura Besakih di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali pada Minggu (5/7/2020).

Menurut kalender Bali, hari itu bertepatan dengan Redita Pahita Sinta, Purnama Kasa yang dianggap sebagai hari baik.

Oleh karenanya, sekitar seribu umat Hindu Bali pun melaksanakan Upacara Yadnya Pamahayu Jagat pada Purnama Kasa itu.

Sejumlah pejabat tinggi di Bali pun hadir, termasuk Gubernur Bali I Wayan Koster dan wakilnya, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Panglima Kodam IX/Udayana Kurnia Dewantara, Wakil Kapolda Bali I Wayan Sunartha, dan beberapa bupati di Bali.

Baca juga: Cerita Keluarga Asal Inggris, Empat Bulan di Bali akibat Corona

Berpakaian dominan putih-putih mereka yang hadir di Pura Agung Besakih menghaturkan bunga, atau muspa hingga sebelas kali, sesuatu yang amat jarang terjadi.

Biasanya, dalam sekali sembahyang, umat Hindu maksimal hanya muspa lima kali.

Seusai sembahyang bersama, Gubernur Bali dan para pejabat tinggi menuju aula yang disebut wantilan guna menyampaikan apa pentingnya sembahyang tersebut dalam penanggulangan Covid-19 di pulau ini.

Menurut Koster, Upacara Yadnya Pamahayu Jagat yang kita haturkan pada hari ini merupakan rasa bhakti dan syukur karena penanganan Covid-19 di Bali telah berjalan dengan baik.

Baca juga: Sedang Main Pasir, Anak di Bali Temukan Tengkorak Manusia

Umat Hindu mengenakan alat pelindung diri saat mengikuti rangkaian persembahyangan perayaan Hari Saraswati di Badung, Bali, Sabtu (4/7/2020) ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Umat Hindu mengenakan alat pelindung diri saat mengikuti rangkaian persembahyangan perayaan Hari Saraswati di Badung, Bali, Sabtu (4/7/2020)
"Melalui upacara ini pula, kita memohon izin, restu, tuntunan, serta pelindungan Tuhan agar Beliau berkenan memberikan anugerah terbaik sehingga tiga tahapan [normal baru] dapat berjalan dengan lancar dan sukses dengan penerapan Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru di Bali," ujar Koster, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Koster mengatakan umat Hindu Bali meyakini wabah penyakit merupakan bagian dari siklus alam yang bisa datang dalam kurun dasawarsa, abad, atau bahkan milenium.

Pandemi Covid-19, lanjutnya, termasuk penyakit besar (gering agung) sebagaimana lepra yang pernah terjadi di Bali pada 1599 M.

Baca juga: Catat, Syarat Terbaru Penerbangan ke Bali

Meskipun demikian Koster yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu menyatakan bahwa Bali berhasil mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19.

"Hasil yang baik tersebut ditandai dengan terkendalinya muncul kasus positif baru, tingkat kesembuhan yang tinggi, dan jumlah yang meninggal relatif kecil," ujarnya.

Karena sudah berhasil tersebut, maka Bali pun akan memulai penerapan normal baru (new normal) termasuk untuk pariwisata. Penerapan normal baru itu akan dilakukan dalam tiga tahap.

Pertama, melaksanakan aktivitas secara terbatas dan selektif hanya untuk lingkup lokal masyarakat Bali.

Baca juga: Warga Badung Bali Geger, Dua Tengkorak Ditemukan dalam Sehari

Tidak ada kabupaten atau kota di Bali yang menerapkan PSBB. Kebijakan yang diambil pemerintah lokal adalah pembatasan kegiatan masyarakat yang diklaim tak ganggu perekonomian/ ANTARA/FIKRI YUSUF Tidak ada kabupaten atau kota di Bali yang menerapkan PSBB. Kebijakan yang diambil pemerintah lokal adalah pembatasan kegiatan masyarakat yang diklaim tak ganggu perekonomian/
Tahap itu akan dimulai pada Kamis, 9 Juli 2020 yang bertepatan dengan hari baik, Umanis Sinta.

Sesuai arahan Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, pelaksanaan normal baru itu terbatas antara lain hanya pada sektor kesehatan, kantor pemerintahan, adat dan agama, keuangan, dan pasar modern.

"Untuk sektor pendidikan dan sektor pariwisata belum diberlakukan," katanya.

Tahap kedua, mulai dibuka untuk aktivitas lebih luas, termasuk sektor pariwisata, tetapi hanya terbatas untuk turis domestik. Tahap ini akan dimulai pada 31 Juli 2020 yang bertepatan dengan hari Jumat Pon, Kulantir.

Baca juga: Dokter di NTT Positif Corona Usai Pulang dari Bali

Tahap ketiga, melaksanakan aktivitas secara lebih luas sektor pariwisata termasuk untuk turis asing mulai 11 September 2020 bertepatan hari Jumat, Kliwon, Sungsang, Sugihan Bali.

Tahap ini berjarak 42 hari, atauabulan pitung dina dari Tahap Kedua pada 31 Juli 2020.

Menurut Koster, semua tahap itu sudah disesuaikan dengan hari baik yang dipercaya umat Hindu Bali.

Baca juga: 2 Tenaga Medis Positif Corona Kontak dengan 25 Nakes Lain, Satu Puskesmas di Gianyar Bali Ditutup

Penerapan normal baru di sektor Pariwisata

Pantai Kuta, salah satu destinasi wisata paling terkenal di Bali, ditutup selama pandemi Covid-19. Getty Images Pantai Kuta, salah satu destinasi wisata paling terkenal di Bali, ditutup selama pandemi Covid-19.
Dewa Made Indra, Ketua Gugus Tugas Covid-19 Bali menambahkan, normal baru di Bali berarti masyarakat bisa memulai aktivitas seperti sedia kala, tetapi ada hal barunya.

"Sekarang harus dilengkapi dengan protokol kesehatan, seperti pakai masker, rajin cuci tangan, jaga jarak, hindari kerumunan, dan hidup sehat," katanya.

Hal sama pun berlaku di bidang pariwisata. Apalagi, menurut Indra, pariwisata Bali termasuk sektor berisiko tinggi karena melibatkan warga internasional.

Saat ini kasus Covid-19 di berbagai negara juga masih tinggi.

"Karena itu perlindungan di sektor pariwisata harus lebih kuat," ujarnya.

Baca juga: Kabar Duka, Eks Kepala Dinas Kesehatan Bali Meninggal karena Covid-19

Perlindungan itu akan dilakukan secara bertahap mulai dari keberangkatan yang harus menyertakan hasil tes PCR negatif, pemeriksaan kesehatan ketika baru tiba di bandara, sampai saat masuk hotel atau mengunjungi objek wisata.

"Semua harus menggunakan protokol ketat, misalnya menerapkan social distancing," lanjutnya.

Untuk memastikan berjalannya protokol itu, kata Indra, pengawasan juga akan dilakukan di semua titik.

Pada saat berangkat, pengawasan dilakukan oleh pihak maskapai. Pada saat tiba di Bali akan diawasi karantina atau petugas kesehatan bandara. Pada saat di hotel, pengawasan oleh pihak hotel.

Baca juga: 8 Warung Makan Ramah Muslim di Bali yang Terkenal di Kalangan Wisatawan

"Pengawasannya berlapis-lapis," katanya.

Meski Bali menyatakan siap membuka pariwisata sebagai bagian dari normal baru, sejumlah pelaku pariwisata masih menanggapinya dengan hati-hati.

Pengelola desa wisata Penglipuran, Bangli, misalnya, mengaku siap tetapi semua pihak harus disiplin dan jujur.

"Sebelum pariwisata dibuka, perlu diverifikasi bila perlu ada semacam simulasi agar petugas betul betul siap," kata I Nengah Muneng, Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran.

Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Obyek Wisata Desa Penglipuran Bali Ditutup Sampai Akhir Maret

Desa Penglipuran yang berada di Bali masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia bersama tiga desa wisata di Indonesia lainnya.Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf Desa Penglipuran yang berada di Bali masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia bersama tiga desa wisata di Indonesia lainnya.
Penglipuran merupakan salah satu desa wisata di Bali. Desa ini terkenal karena tata desanya yang rapi dengan pintu gerbang yang sama.

Sebelum terjadi pandemi Covid-19, sekitar 750 turis tiap hari berkunjung ke sini. Tahun lalu, mereka mendapatkan pemasukan hingga Rp 4,9 miliar dari uang tiket.

"Itu belum termasuk dari warga yang mengelola homestay dan art shop," kata Muneng.

Sebagai adaptasi dengan normal baru, Muneng melanjutkan, pengelola Desa Penglipuran sudah mempersiapkan tempat cuci tangan di pintu masuk, toilet lebih banyak dan berkualitas, alat penyemprot disinfektan, dan masker.

Baca juga: Kenapa Desa Penglipuran Bisa Sukses Dapat Penghargaan Internasional?

"Beberapa bagian masih kami siapkan, seperti thermogun dan tata tertib dalam bentuk papan informasi," katanya,

Secara terpisah, Ketua Satgas Gotong Royong Penanggulangan Covid-19 Desa Penglipuran I Wayan Liwat berharap pembukaan normal baru di desanya dilaksanakan secara terbatas.

"Bisa saja dibuka, tetapi sangat terbatas karena objek ini akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kalau tamu tidak masuk rumah penduduk, itu akan mengurangi risiko warga kami," katanya.

Liwat menambahkan, pariwisata di Bali bisa segera mulai dibuka karena dampak pandemi Covid-19 tidak hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga ekonomi.

Sebagai warga yang tergantung dari pariwisata, Liwat mengaku sudah kehilangan pendapatan sama sekali sejak pariwisata di desanya ditutup pada 18 Maret 2020 lalu.

Baca juga: Penglipuran, Desa Wisata Bali dengan Sederet Penghargaan

Diharap terjadi percepatan

Kepolisian Bali menggunakan kearifan lokal untuk mengingatkan masyarakat menjalankan protokol Covid-19. AFP/SONNY TUMBELAKA Kepolisian Bali menggunakan kearifan lokal untuk mengingatkan masyarakat menjalankan protokol Covid-19.
Sementara itu, pengusaha paket liburan dan pemilik sebuah café di Bali, Yosep Allen Situmorang mengatakan sejak ada wacana pembukaan wisata, sejumlah mantan pekerjanya mulai menghubungi.

Mereka berharap dapat bekerja kembali.

"Saya bilang, tunggu aja dulu informasinya, karena kita juga belum tahu apakah akan banyak wisatawan-wisatawan yang datang atau tidak. Kalau iya, segera saya akan kabari kalian," kata Allen menirukan ucapan saat bertelepon dengan pekerjanya.

Sebelum masa pandemi, Allen memiliki lebih dari 20 pekerja untuk sektor usaha paket liburan dan kuliner.

Baca juga: Kecewa Kena PHK, Pria di Bali Bakar Mobil, Warung, hingga Toko Sepatu

Tapi kemudian, usahanya berhenti dan puluhan pekerja dirumahkan seiring dengan masa pandemi covid-19.

Allen mengatakan, wacana pembukaan kembali wisata di Bali membuatnya 'belum merasa senang tapi ada sedikit kebahagiaan'.

"Tapi persoalannya kembali ke ekonomi dunia. Ketika ini dibuka, butuh waktu. Ada proses, karena mereka di sana kekurangan uang, bagaimana mereka mau liburan, sementara mereka [wisatawan mancanegara] kesulitan secara financial," kata Allen.

"Kami juga nggak tahu langkah-langkah seperti apa yang pemerintah bisa lakukan, sehingga ada percepatan untuk masuknya wisatawan, misalnya wiasatawan domestik dulu, kita dibantu dari sana," tambah Allen.

Baca juga: Bali Rencana Buka Pariwisata untuk Wisatawan Nusantara 31 Juli

Lampu Kuning

Kepolisian Bali memberi pengarahan kepada warga mengenai pentingnya mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. AFP/Getty Images Kepolisian Bali memberi pengarahan kepada warga mengenai pentingnya mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
Pakar Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navila Yamani memberi peringatan kepada pemerintah Bali agar membuka wisata secara bertahap dengan ketentuan protokol covid-19.

"Kalau tempat wisata itu dibuka kemudian bisa menimbulkan penyebaran kasus, bahkan sampai menyebabkan kluster baru penyebaran covid. Tapi itu merupakan hal yang tidak diinginkan. Jadi memang harus pelan-pelan," katanya kepada BBC News Indonesia, Minggu (5/7/2020).

Laura mengatakan pemerintah Bali harus memastikan wisatawan yang datang ke Bali bukan berasal dari zona merah.

Kemudian, jumlahnya juga harus dibatasi termasuk tempat-tempat wisata yang dibuka.

Baca juga: Vila-vila di Bali Mulai Dipesan untuk Liburan Tahun 2021

"Karena kalau semakin luas, tempat yang diaktifkan, itu kan pemantauannya akan semakin sulit. Kalau dibuka secara bersama-sama, itu ada risiko," katanya.

Selain itu, menurutnya, perlu ada pemantauan secara berkala termasuk pemberian sanksi yang tegas bagi pengelola wisata yang melanggar protokol covid-19.

"Ketika itu tidak dipatuhi, ya ada punishment. Misalnya, harus ditutup," kata Laura.

Di sisi lain, Gusti Ngurah Mahardika, guru besar virologi Universitas Udayana menilai penerapan normal baru di Bali termasuk buru-buru.

Apalagi karena jumlah kasus positif Covid-19 di Bali terus meningkat.

Baca juga: Qatar Airways Kembali Terbang ke Bali, Ini Jadwalnya

Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bali, hingga 5 Juli 2020 terdapat 1.849 kasus positif dengan 20 kematian.

Adapun pasien sembuh sebanyak 967 orang sedangkan pasien dalam perawatan mencapai 862 orang.

"Data tersebut tidak menunjukkan data sebenarnya saat ini karena ada indikasi Bali masih kurang jumlah deteksinya. Ini hanya puncak gunung es. Data tersebut juga diperoleh dari hasil tes sekitar seminggu sebelumnya sehingga tidak real time," katanya.

Mahardika mengatakan klaim keberhasilan oleh Gubernur Bali juga masih perlu dipertanyakan karena data kasus sesungguhnya tidak pernah dibuka kepada publik.

Baca juga: Tekan Penularan Covid-19 di Pasar Tradisional, Pemprov Bali Bentuk Satgas Khusus

Peningkatan kasus di Bali saat ini bisa jadi karena pemeriksaannya memang banyak. Jika pemeriksaan tinggi dan temuan kasusnya juga tinggi, maka itu wajar.

"Kalau penjangkauan dan pemeriksaan memang tinggi, tetapi hasil positifnya menurun, itu baru bisa disebut berhasil," ujarnya.

Menurut Mahardika, situasi Covid-19 di Bali saat ini masih masuk lampu kuning karena angka kematian masih tinggi.

Baca juga: Djoko Tjandra, Sosok Joker di Balik Kasus Cessie Bank Bali

Berdasarkan informasi yang dia peroleh, jumlah pasien yang dirawat juga masih banyak.

"Sebagian besar rumah sakit juga tidak bisa merujuk lagi karena orang yang dirawat intensif juga bertambah," katanya.

"Saya menyarankan pemerintah Bali lebih baik duduk bersama dengan para ahli dan membuka data untuk dianalisis dan dievaluasi bersama sebelum menerapkan normal baru," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com