Dalam berkarya di tingkat dunia, Edi Dharma begitu senang karyanya bisa dinikmati secara lintas agama, suku, ras dan bangsa.
Edi Dharma juga merasa lebih peka terhadap persoalan dunia seperti virus corona, kesedihan perang, rasisme, perubahan iklim dan kelaparan serta krisis air.
“Kartun bisa menjadi obat untuk dunia yang sakit, untuk menghibur kepedihan-kepedihan, dan penawar-penawar racun yang disebarkan orang-orang jahat,” sebut Edi.
Dalam 2 tahun terakhir, Edi menorehkan cukup banyak prestasi.
Edi juara tiga International Cartoon Exibition 2019 di Malaysia; juara dua International Olive Oil Contest 2019, Cyprus, Turkey; dan Grand Prix International Zagreb Car Cartoon Exhibit, 2019, Croatia.
Kemudian juara satu International Rhubarb Cartoons Contest 2020, Romania; dan Top Ten International Cartoon Competition and Exhibition 2020, Malaysia.
Kurang dukungan pemerintah
Meski telah lima kali mengibarkan Merah Putih di luar negeri, Edi belum mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
Berbeda dengan kartunis negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang mendapat dukungan penuh dari Negara.
Menurut Edi, kartunis Pulau Jawa cukup banyak karena mendapatkan akses informasi dan fasilitas yang memadai.
Sementara di Sumatera, jumlah kartunis dapat dihitung jari.
Selain itu, kartunis di Indonesia juga minim kompetisi, sehingga sulit membangun ruang diskusi dan jaringan.
Dalam keadaan sulit itu, Edi bertekad agar setara dengan kartunis Pulau Jawa.
Untuk menajamkan karya kartun, Edi mulai mencermati karya-karya tokoh-tokoh inspirasi seperti GM Sudarta, Dwi Kundoro dan Jitet Kustana. Saat masa anak-anak, dia menggandrungi Tino Sidin.