MAKASSAR, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Kota Makassar mengkritik Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, terkait langkah yang dilakukan soal pemusatan pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19.
Menurut Humas IDI Makassar Wachyudi Muchsin, kebijakan gubernur yang mengevakuasi pasien orang tanpa gejala dari luar daerah Makassar sangat berisiko dalam menularkan virus corona.
Selain itu, kebijakan tersebut membuat rumah sakit serta hotel yang dialihfungsikan jadi tempat isolasi mandiri bagi pasien OTG penuh.
"Saat orang yang sudah gejala berat yang berdomisilidi Makassar butuh, semua sdh terisi. OTG, kenapa tidak isoman di daerah saja. Padahal RS daerah juga mampu dan bisa dioptimalkan," kata Wachyudi saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Senin (6/6/2020).
Baca juga: Pengambilan Paksa Jenazah PDP di Makassar Berakhir Ricuh, 2 Orang Sempat Diamankan
Banyaknya pasien yang dirawat di Kota Makassar, kata Wachyudi juga turut berpengaruh pada tenaga kesehatan dan dokter yang secara langsung menangani pasien Covid-19.
Pada Jumat, 3 Juli, ada dua dokter di Makassar meninggal dunia dan berstatus pasien dalam pengawasan setelah hasil rapid test reaktif.
Beberapa jam setelah meninggal, kata Wachyudi, hasil swab kedua dokter tersebut keluar dan positif terpapar virus corona.
"Total dokter yang meninggal di Makassar ada tiga. Semoga ini yang terakhir," ujar Wachyudi.
Selain risiko tinggi penularan, kebijakan ini juga berimbas di rumah sakit daerah di luar Kota Makassar yang sebelumnya dirujuk sebagai rumah sakit untuk pasien Covid-19.
Kebijakan itu, kata Wachyudi, berpotensi mengakibatkan perawatan Covid-19 yang ilegal di rumah sakit daerah karena sudah dianggap sebagai rumah sakit non-Covid-19.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan