Dimulai dengan membuat adonan tepung, garam, dan air mendidih.
Setelah tercampur rata dan kental, adonan didinginkan semalaman.
Setelah itu, adonan baru dicampur tepung tapioka untuk kemudian memasuki pengepresan.
Proses ini terbilang unik. Sebab, alat bantu pengepresan masih menggunakan kayu jungkit.
Untuk menggerakkan alat tradisional ini, seorang pegawai harus menduduki satu sisi kayu, agar kayu bagian lain bisa mengepres adonan.
Sekilas, proses ini seperti permainan jungkat-jungkit.
Baca juga: Mengenal Yum! Brands, Induk Perusahaan dari Pizza Hut
Setelah melalui pengepresan dan adonan berubah menjadi kerupuk berbentuk panjang, adonan dikukus.
Alat kukus yang digunakan super besar. Untuk sumber api, mereka masih menggunakan kayu bakar.
Selesai dikukus, adonan akan disebit agar tidak menempel antara satu dengan yang lain.
Setelah itu, kerupuk disangrai (goreng tanpa minyak), dibumbui, dan dibungkus.
Melibatkan banyak orang
Semua proses panjang ini melibatkan banyak orang. Mulai dari pembuatan adonan hingga pengukusan dilakukan di dalam pabrik.
Memasuki tahap penyebitan, pegawai pabrik akan menyebarkan adonan ke warga-warga sekitar.
Jumlahnya banyak. Maka tak heran jika gurilem disebut produk yang pengolahannya memberdayakan masyarakat sekitar.
Setelah selesai disebit, kerupuk akan dikembalikan ke pabrik untuk dijemur. Ada pula warga yang menjemurnya di rumah sendiri.