Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jack Harun, Mantan Anak Buah Noordin M Top yang Kini Suarakan Pancasila

Kompas.com - 05/07/2020, 12:03 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Kini, dia berjuang dalam upaya deradikalisasi lewat Yayasan Gema Salam yang berdiri sejak 2018.

Yayasan itu berisikan mantan narapidana teroris (eks napiter) sebanyak dua dari DIY dan sekitar 50 orang dari Jateng.

Lewat Gema Salam, mereka berupaya membangun kembali kehidupan gotong royong dalam suasana berbangsa dan setanah air.

Aksinya di bidang sosial dan ekonomi. Mulai dari bakti sosial hingga penyuluhan di berbagi tempat pendidikan maupun lembaga pemasyaraktan.

Baca juga: Detik-detik Penangkapan Terduga Teroris, 2 Kali Tembakan Kejutkan Warga

Untuk aksi di bidang ekonomi bertujuan membuat para mantan napi teroris meningkat kesejahteraannya sehingga mereka tidak kembali ke masa lalu.

Joko beserta Gema Salam ditemui usai menyalurkan 500 masker dan 40 liter handsanitizer untuk warga Kulon Progo, terutama di Wanagiri.

“Gema Salam dengan anggota di Jogja dan Solo kali ini melakukan bakti sosial. Ini bukti kami bersahabat dan kembali ke NKRI. Kami juga bekerja sama dengan Polri. Yang dulu, kami menganggap Polri itu thaghut. Kami berikrar semampunya untuk mewujudkan berbagai program,” kata Joko usia bakti sosial.

Sejak SMA

Pemikiran radikal berawal dari sekolah. Joko menceritakan dirinya mulai tertarik dengan pemikiran baru akan ideologi itu sejak masih menjadi junior di sekolah menengah atas di Lendah.

Diskusi yang diikutinya bersama kakak kelasnya membuat cara pandang pada ideologi negara dan NKRI ini berubah.

“Awalnya ditawari kakak kelas bahwa Pancasila dan UU itu bukan dari Islam. Sebagai anak yang baru belajar agama jadi tertarik,” kata Joko.

Baca juga: Orangtua Terduga Teroris di Ambon: Anak Saya Normal-normal Saja

Memasuki jenjang perguruan tinggi di Surakarta, pemikiran ini menguat.

Joko semakin banyak belajar, bahkan terlibat sebagai relawan dalam kerusuhan Ambon dan Poso.

Keterampilan elektronika yang dimiliki dimanfaatkan di sana.

Dia bisa membuat bom, baik bom yang anti-diangkat, anti-dibuka, bom waktu, dan bom yang bisa dikendali dari jauh.

Keahlian itu dipakai dalam kerusuhan Ambon dan Poso.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com