Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemuda Lereng Merapi, Ubah Tanah Desa Jadi Sport Center Berstandar International

Kompas.com - 05/07/2020, 09:12 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tanah kas desa berwujud lapangan di lereng Merapi tepatnya Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ala kadarnya kini telah berubah.

Karang Taruna menyulap tanah kas desa tersebut menjadi Kepuharjo Sport Center (KSC).

Lapangan bola yang awalnya tidak rata dan rumputnya pun jarang-jarang, kini jadi serupa lapangan di Eropa.

Baca juga: Soal Dana untuk Lapangan Pendamping Piala Dunia U-20, Pemkot Solo Hubungi PSSI

Tak tanggung-tanggung, rumput yang digunakan untuk lapangan di KSC berkualitas international.

Bahkan saat ini, bisa dikatakan menjadi lapangan kampung dengan kualitas terbaik di DIY.

Inisiator Kepuharjo Sport Center (KSC) Gani Sadat bercerita, tanah kas desa ini sisa dari pembangunan hunian tetap relokasi korban erupsi Merapi 2010.

"Ini dulu wujudnya lapangan, tapi belum bagus. Dulu belum rata, antara Utara dan Selatan," ujar inisiator Kepuharjo Sport Center (KSC), Gani Sadat saat ditemui Kompas.com, Sabtu (04/07/2020).

Baca juga: Detik-detik Gunung Merapi Erupsi Terekam Warga, Ini Videonya

Melihat lapangan yang tidak terurus, Karang Taruna Kepuharjo berinisiatif untuk mengajukan menjadi pengelola. Pihak Pemerintah Desa menyetujui apa yang diajukan oleh Karang Taruna.

"23 Oktober kita Karang Taruna mengajukan ke Pemerintah Desa terkait pengelolaan lapangan. Diperbolehkan, jadi ini kita kelola selama lima tahun," ungkapnya.

lapangan mini soccer di Kepuharjo Sport Center (KSC) yang menggunakan rumput standarKOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA lapangan mini soccer di Kepuharjo Sport Center (KSC) yang menggunakan rumput standar
Setelah disetujui, Karang Taruna Kepuharjo kemudian mempunyai ide tanah kas desa tersebut dijadikan sport center.

Untuk pembangunannya, Karang Taruna bekerja sama dengan sebuah perusahaan bernama Petruk.

Dana CSR dari perusahaan ini digelontorkan untuk membiayai pembangunan. Selain itu juga menggunakan Dana Desa dan Bantuan Keuangan Khusus (DKK) Kabupaten Sleman.

Baca juga: Akibat Pandemi Covid-19, Atlet Basket Belum Diizinkan ke Lapangan

Dijelaskannya setelah dikelola oleh Karang Taruna, kemudian didesain dengan konsep sport center. Area lapangan dibersihkan dan tanah diratakan.

Hingga saat ini terdapat lapangan sepak bola mini dengan ukuran 60x40 meter dan lapangan futsal dengan ukuran 38x25 meter.

Terdapat juga lintasan lari yang mengelilingi lapangan. Tak hanya itu, dibangun juga tribun bertingkat untuk penonton.

Khusus lapangan bola, rumput yang digunakan bukan sembarangan. Namun menggunakan rumput yang khusus, jenis Zoysia matrella

"Rumputnya ini kita sama dengan Merapi Golf. Jadi ini rumputnya sudah standar internasional," ungkapnya.

Baca juga: Cerita Syarif, Tersesat di Hutan Papua, Makan Buah Biji Anggrek untuk Bertahan

Menurutnya, pembangunan Kepuharjo Sport Center (KSC) masih belum selesai. Saat ini pembangunanya masih 80 persen.

"Yang belum selesai lapangan voli, ruang ganti dan besok akan dipasangi lampu. Pagar juga belum semuanya, besok akan dipagar semua jadi tertutup," urainya.

Di KSC juga akan dibangun kafe untuk bersantai masyarakat setelah olahraga ataupun hanya sekadar menikmati suasana. Selain itu juga akan dibangun kantor untuk pengelolaan.

"Dari 2019 total dana yang telah dikucurkan untuk lapangannya sendiri sudah Rp 265 juta. Kalau keseluruhan rencana anggaran itu menghabiskan sekitar Rp 950 juta, itu sampai jadi," tandasnya.

Lapangan sepak bola mini dan lapangan futsal di KSC disewakan untuk umum. Namun untuk warga setempat harga sewanya khusus.

Baca juga: Cerita Gubernur Kalbar Kirim Ratusan Pesan Singkat Demi Pantau Kasus Covid-19

"Kita sewakan hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Hari lainnya tidak boleh disewa karena khusus untuk perawatan," urainya.

Menurutnya, pertimbangan menyewakan bagi warga yang akan mengunakan karena untuk pemasukan pengelolaan, sebab biaya perawatan rumput lapangan tidak murah.

"Sebulan untuk perawatan rumput kita menghabiskan Rp 5 juta sampai Rp 6 juta, untuk pupuk, memotong, menyiram, obat," bebernya.

Selain untuk perawatan, uang yang masuk dari hasil sewa akan dikembalikan lagi ke warga. Bentuknya pembinaan untuk usia dini.

Baca juga: Cerita Eddy Rahmayadi, Kaget Ditelepon Tito Karnavian Malam-malam soal Pilkada

Harapannya untuk mewujudkan mimpi anak-anak Cangkringan yang ingin menjadi pemain bola, sehingga dari lapangan ini bisa muncul pesepak bola profesional baru.

"Kita mau bikin SSB (Sekolah Sepak Bola), mungkin Agustus atau September. Harapan kita itu muncul bibit-bibit muda dari Cangkringan ini yang menjadi pemain profesional," sebutnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com