POTA, KOMPAS.com - Kampung Sambi Mese yang berlokasi di RT 10/RW 04, Kelurahan Nanga Baras, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki potret toleransi beragama.
Ada satu suku di kampung ini, yakni Suku Wajor memiliki anggota suku yang berlatar keluarga Muslim dan Katolik dalam satu rumah adat.
Salah satu tokoh Suku Wajor, Paulus Jarut (46) mengisahkan, awal mula Suku Wajor beranggotakan keluarga Muslim dan Katolik adalah karena hubungan perkawinan.
Baca juga: Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan karena Tak Bisa Sekolah Online, Ini Ceritanya
Dahulu sebelum pindah ke Kampung Sambi Mese, salah satu anak gadis dari Suku Wajor di Kampung Wajor yang pada saat itu beragama Katolik dipinang oleh laki-laki yang berlatar keluarga Muslim.
Karena hubungan perkawinan ini, keluarga besar dari pihak perempuan merangkul keturunan dari anak gadis yang menikah beda agama tersebut untuk sama-sama melestarikan warisan budaya berupa rumah adat Suku Wajor.
Meski pun telah menjadi satu suku, tetapi agama tetap berbeda.
“Sejak peresmian Kampung Sambi Mese menjadi tempat permukiman warga pada tahun 1993 hingga tahun 2007, seluruh anggota suku mufakat untuk memberikan wewenang kepada Bapak Usman Napang (66) dari keluarga Muslim sebagai tetua dalam rumah adat,” ujar Paulus kepada Kompas.com, Kamis (25/6/2020).
Baca juga: Mengintip Keseruan dan Semangat Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan
Kemudian berdasarkan kesepakatan bersama pada 2007 hingga sekarang yang menjadi tetua dalam rumah adat adalah Rofinus Saban (60) dari keluarga Katolik.
Saat menggelar acara adat yang berpusat di rumah adat, warga Suku Wajor biasanya menyembelih hewan babi, kambing, dan ayam sebagai kurban kepada leluhur.