Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Melihat Darah Begitu Banyak tapi Tak Merasa Sakit"

Kompas.com - 05/07/2020, 05:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Jumat, 28 September 2018 adalah hari yang mengubah hidup Paramita (29), ibu dua anak di Kecamatan Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah.

Ia masih ingat betul, petang itu, gempa datang di kala adzan Magrib berkumandang.

Di atas kursi roda, dengan mata berkaca-kaca, Paramita menuturkan bagaimana gempa dua tahun lalu mengakibatkan dirinya lumpuh hingga saat ini.

Baca juga: Setahun Pasca-gempa, Palu Mencoba Bangkit...

Tertimpa bangunan dalam keadaan sadar

Ilustrasi Gempa BumiKOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN Ilustrasi Gempa Bumi
Sesaat setelah kumandang adzan Magrib petang itu, lantai rumah yang dipijaknya bergetar hebat.

Paramita pun berusaha lari menyelamatkan diri bersama dua buah hatinya yang masing-masing berusia 5 tahun dan 4 tahun.

Namun ketika itu, ia tertimpa bangunan di ruang keluarga. Bagian pinggul hingga kakinya terjepit reruntuhan tembok.

Dalam keadaan sadar, di tengah hebatnya gempa, Paramita berusaha mencari bantuan.

"Tolong.. tolong," teriaknya saat itu.

Baca juga: Perempuan Penyintas Gempa Palu Belajar Buat Rumah agar Bisa Awasi Perbaikan Hunian Pasca-gempa

Ilustrasi kakiFotoDuets Ilustrasi kaki

Melihat banyak darah di tubuhnya, tapi mati rasa

Teriakan Paramita didengar oleh warga.

Warga pun kemudian mengevakuasinya ke lapangan Doyota Puskud.

"Saya tidak pingsan, saya sadar saat dibawa ke lapangan," kata dia.

Panik dan ketakutan, ia melihat banyak darah keluar dari tubuhnya.

Mulai saat itulah Mita merasa ada hal yang aneh terjadi pada dirinya. Bagian bawah tubuhnya mati rasa.

"Saya tidak merasakan lagi kaki hingga pinggul saya. Saya melihat darah begitu banyak tapi saya tidak merasa sakit," tutur dia dengan mata berkaca-kaca.

Mita pun kemudian dilarikan ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk mendapatkan perawatan.

Baca juga: Bangun 1000 Rumah untuk Korban Gempa Palu, Dompet Dhuafa Gandeng Navicula

Lumpuh, bertahan karena cinta

IlustrasiThinkstockphotos.com Ilustrasi
Sejak saat itu, Paramita lumpuh dan harus menggunakan kursi roda hingga sekarang.

Seringkali ia merasa tak berguna lantaran kondisi itu.

Namun, rasa syukur selalu terselip untuk kesempatan hidup kedua yang diberikan Tuhan padanya.

Mita juga sanggup bertahan menjalani hari-harinya karena cinta sang suami, Abdul Gafur.

Gafur setia memberikan Mita semangat ketika asa di hatinya meredup.

Sang suami Gafur mengaku melakukan seluruh pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan oleh Mita.

Baca juga: Gempa Padang Panjang Kemarin Malam, Ingatkan Fenomena Kelam 1926

Ilustrasi Gempa Bumi

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Ilustrasi Gempa Bumi

Belum mendapat bantuan

Namun, sebagai seorang buruh bangunan, pendapatan Gafur tak menentu.

Dalam satu minggu, ia kadang-kadang bisa membawa pulang uang Rp 500.000,00.

Tak jarang Gafur harus menganggur dan tak mendapatkan penghasilan.

"Kalau lagi sepi pekerjaan terpaksa saya menganggur, tapi kadang ada ipar saya biasa bawa beras dan bawakan makanan," tutur dia.

Hingga saat ini keluarga mereka belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.

Ia mengaku pernah mengurus berkas namun jawaban petugas tak memuaskan.

"Lalu ada kita urus. Saya masukkan berkas untuk mendapatkan bantuan, tapi petugasnya bilang, saya terima berkas tapi jangan berharap. Begitu kata petugasnya," tutur dia.

"Segan dan takut saya kalau bertanya lagi," kata Gafur.

Ia berharap kehidupan keluarganya lekas membaik.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Palu, Erna Dwi Lidiawati | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com