Inisiatornya adalah seorang Bhabinkamtibmas dari Polsek Mamajang, Aiptu Paleweri yang tergugah hatinya atas kondisi tersebut.
Dia rela mengeluarkan dana pribadi untuk menyediakan tenda, kursi, meja dan kebutuhan lainnya.
"Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet," kata dia.
"Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar. Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Paleweri pun ikut memberikan sedikit pelajaran saat mereka berkumpul di tenda.
"Selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya. Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.
Baca juga: Mendikbud: Setelah Pandemi Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh Akan Permanen
Rinciannya, ada 26 orang murid SD, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.
Kemudian jumlah bertambah hingga menjadi lebih dari 80 orang, yakni berasal dari Kelurahan Mamajang Luar.
"Mereka itu berbeda-beda sekolah," ujar Paleweri.
Waktu berkumpul mereka sesuai jam sekolah, yakni pagi sampai sore.
Selain Paleweri, tokoh-tokoh masyarakat setempat juga ikut memberikan pelajaran bagi anak-anak.
"Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis magrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.
Baca juga: Panduan untuk Siswa, Guru hingga Pedagang Disiapkan Sebelum Kembali ke Sekolah