Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sebuah Tenda di Samping Kuburan dan Asa Para Siswa Tak Mampu..

Kompas.com - 04/07/2020, 16:59 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Diinisiasi polisi

Inisiatornya adalah seorang Bhabinkamtibmas dari Polsek Mamajang, Aiptu Paleweri yang tergugah hatinya atas kondisi tersebut.

Dia rela mengeluarkan dana pribadi untuk menyediakan tenda, kursi, meja dan kebutuhan lainnya.

"Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet," kata dia.

"Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar. Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Paleweri pun ikut memberikan sedikit pelajaran saat mereka berkumpul di tenda.

"Selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya. Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.

Baca juga: Mendikbud: Setelah Pandemi Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh Akan Permanen

Jumlah siswa terus bertambah

Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri mendirikan tempat belajar bagi puluhan anak miskin di Makassar. Sulawesi Selatan. Tempat belajar ini didirikan di kompleks TPU Dadi, Makassar, Sulawesi Selatan.Dokumentasi Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri Anggota Polsek Mamajang Aiptu Paleweri mendirikan tempat belajar bagi puluhan anak miskin di Makassar. Sulawesi Selatan. Tempat belajar ini didirikan di kompleks TPU Dadi, Makassar, Sulawesi Selatan.
Awalnya, peserta kegiatan itu hanya berjumlah 61 orang dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.

Rinciannya, ada 26 orang murid SD, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.

Kemudian jumlah bertambah hingga menjadi lebih dari 80 orang, yakni berasal dari Kelurahan Mamajang Luar.

"Mereka itu berbeda-beda sekolah," ujar Paleweri.

Waktu berkumpul mereka sesuai jam sekolah, yakni pagi sampai sore.

Selain Paleweri, tokoh-tokoh masyarakat setempat juga ikut memberikan pelajaran bagi anak-anak.

"Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis magrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.

Baca juga: Panduan untuk Siswa, Guru hingga Pedagang Disiapkan Sebelum Kembali ke Sekolah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com