Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan karena Tak Bisa Sekolah Online, Ini Ceritanya

Kompas.com - 04/07/2020, 12:57 WIB
Hendra Cipto,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com – Selama pandemi Covid-19, sekolah ditutup dan anak-anak diminta belajar online dari rumah.

Namun, tidak semua anak dapat mengikuti belajar online karena mereka tak mempunyai ponsel pintar dan mampu mengisi kuota internet.

Kendala itu juga dialami anak-anak dari keluarga kurang mampu di Kota Makassar.

Baca juga: TNI Pasang Patok di Kantor Wali Kota Magelang, Ini 2 Opsi bagi Pemkot

 

Misalnya yang dialami anak-anak yang bermukim di pinggir Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadi, Makassar.

Kondisi anak-anak itu menggugah hati seorang anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri, yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.

Baca juga: Sempat Ingin Dipenjarakan, Ibu Kalsum Adukan Balik Anaknya ke Polisi soal Harta Warisan

 

Paleweri kemudian menginisiasi penyediaan fasilitas internet di kompleks TPU Dadi hingga mendirikan tempat belajar bersama. 

Kompleks TPU Dadi dipilih menjadi lokasi belajar karena daerah sekitarnya penuh dengan rumah penduduk. Tak ada lagi lokasi untuk bisa mendirikan bimbingan belajar (bimbel).

Paleweri juga tidak segan mengeluarkan dana pribadi untuk membangun tempat tersebut, misalnya untuk tenda, kursi, meja, serta fasilitas internet.

“Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet. Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar. Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

 

Anak-anak yang mengikuti pendidikan berasal dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.

Jumlahnya untuk murid SD sebanyak 26 orang, 24 siswa SMP, 7 siswa SMA, dan 4 anak putus sekolah.

“Mereka itu berbeda-beda sekolah. Jadi selain bisa menikmati wifi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya. Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.

Seiring berjalannya waktu, ada banyak anak dari Kelurahan Mamajang Luar yang ikut belajar, sehingga total anak-anak yang belajar di TPU Dadi mencapai 80-an orang.

“Jadi waktu belajar online mereka ada, sama seperti jam sekolah mulai dari pagi sampai sore. Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis maghrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.  

Paleweri mengungkapkan, anak-anak tersebut tidak risih ataupun takut dengan situasi belajar di sekitar kuburan.

Mereka sudah terbiasa dengan situasi itu. Anak-anak tersebut bahkan siang dan malam lewat di TPU tersebut.

 

Ini karena jalan menuju rumah mereka harus melewati kuburan.

Lokasi pendidikan yang dia bangun juga membuat anak-anak saling peduli.

Misalnya ada anak yang tidak mempunyai ponsel pintar, maka anak yang memiliki akan meminjamkannya.

Paleweri tetap berupaya untuk membeli ponsel pintar agar bisa digunakan bersama.  

Jika sekolah online berakhir, dia akan tetap melanjutkan tempat belajar bersama itu.

“Saya sebagai anggota institusi Polri wajib membantu masyarakat. Apalagi dengan membantu orang lain, nilai pahalanya yang sangat besar,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com