Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhkan PPDB Jalur Zonasi, Wali Murid: Anak Saling Bully, Orangtua Saling Sindir

Kompas.com - 03/07/2020, 16:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - David K Susilo, salah satu wali murid di Kabupaten Jember menyampaikan keresahannya terkait PPDB sistem zonasi.

Menurut David ada banyak kejanggalan dari sistem zonasi salah satunya pemalsuan Surat Keterangan Domisili (SKD).

Kejanggalan tersebut membuat ketidaknyamanan di antara para wali murid dan juga juga siswa.

“Akibatnya muncul anak saling bully, orangtua saling sindir,” kata David, Kamis (2/7/2020).

Baca juga: Hati Ibu Ini Teriris Lihat Anaknya Stres, Kadang Tertawa Sendiri karena Gagal Masuk SMA

Ia mengatakan dugaan pemalsuan SKD tersebut menciderai dunia pendidikan. Karena anak sudah diajarkan sikap tidak jujur untuk masuk ke sekolah.

David menyampaikan keluhannya bersama dengan belasan wali murid lainnya yang tergabung dalam Persatuan Orangtua Peduli Pendidikan Anak.

Kamis pagi, mereka mendatangi Kantor DPRD Jember untuk menyampaikan keresahan mereka terkait PPDB sitem zonasi.

Selain David, Dwi Riska juga mengeluhkan sistem tersebut. Ia mengatakan ada anak yang rumahnya deket dengan sekolah tetapi gagal masuk.

Baca juga: Orangtua Keluhkan Titik Koordinat PPDB Jalur Zonasi yang Salah, Pemkot Bekasi: Human Error

Sementara anak yang jaraknya jauh dari sekolah, malah lolos karena diduga menggunakan SKD palsu.

Dwi mencontohkan anaknya tidak lolos masuk SMAN 2 padahal jaraknya dengan sekolah tersebut hanya 1,6 kilometer. Sang anak malah lolos di SMAN 5 yang jaraknya lebih jauh dari rumah.

Sedangkan ada siswa lain dari Kecamatan Wuluhan yang berjarak 36 kilometer diterima di SMAN 2.

“Kalau tidak ada kecurangan mungkin saya terima,” kata Dwi Riska.

Baca juga: Sidak PPDB, Ganjar: Kalau Terdapat Pelanggaran, Kami Coret Langsung

“Sampai anak saya stres, sampai sekarang tidak mau masuk SMAN 5. Saya dibikin pusing, kadang (sang anak) tertawa sendiri, tidak mau makan. Bagaimana seorang ibu melihat anaknya seperti itu,” jelas Dwi lalu menangis.

Dwi dan wali murid lainnya kemudian mendesak agar DPRD Jember membongkar praktik SKD palsu dan melakukan verifikasi ulang apakah siswa yang lolos rumahnya benar-benar dekat dengan sekolah.

Jika terbukti menggunakan SKD palsu, maka siswa yang lolos harus dibatalkan.

Baca juga: PPDB SMA dan SMK di Sumbar Diperpanjang hingga 6 Juli 2020

Menanggapi keluhan tersebut, Ketua Komisi D DPRD Jember Hafidi mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti aduan wali murid tersebut.

Menurutnya Komisi D akan menggelar rapat gabungan karena ruang lingkupnya tidak hanya pendidikan, tetapi juga urusan data kependudukan.

“Untuk membongkar perlu rapat gabungan karena surat domisili urusan Dispenduk,” jelas dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Bagus Supriadi | Editor: David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com