KOMPAS.com - Tiga orang tua di Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat menceritakan saat-saat anak mereka meninggal akibat Covid-19.
Lebih dari 40 anak Indonesia (yang berusia di bawah 18 tahun) meninggal akibat virus corona, menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (diakses 02/07).
Sebagian besarnya adalah balita.
Angka itu setara 1,7% total kematian akibat Covid-19, yang menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, salah satu yang tertinggi di Asia dan dunia.
Baca juga: Dokter di Madura dan Orangtuanya Meninggal karena Corona, Istri dan Bayi Positif
Di usianya yang hampir menginjak dua tahun, Joni, hanya berbobot enam kilogram, setengah dari bobot ideal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Awal tahun 2020, Joni dirawat di rumah sakit akibat muntaber dan sakit paru-paru, yang kata ayahnya, dipengaruhi juga oleh kondisinya yang kurang gizi.
"Baru tiga hari rawat, sudah kita minta keluar karena nggak ada dana. Dokter mau tahan, kita bilang nggak ada biaya ... belum tuntas dia berobat," ujar ayahnya, RW, kepada BBC News Indonesia.
Baca juga: Bayi Positif Covid-19 Harus Ditunggui Keluarga yang Negatif, Ini Penjelasannya
Empat bulan kemudian, pada awal Mei, kondisi Joni memburuk. Ia batuk-batuk, tapi membawanya ke rumah sakit bukan pilihan saat itu, ujar ayahnya.
"Lantaran torang (kami) nggak ada uang sama sekali. Kami untuk makan sehari-hari saja pas-pasan. Jadi (dirawat) di rumah saja," ujar RW, yang bekerja sebagai buruh bangunan itu.
Namun, kondisi Joni tak juga membaik. RW dan istrinya memutuskan membawa Joni ke klinik dekat kediaman mereka.
Oleh karena kondisinya yang kritis, Joni dirujuk ke RSUP Prof Kandou Malalayang dan dirawat selama sembilan hari di ruang isolasi.
Baca juga: 5 Kasus Bayi Positif Covid-19 dalam Sepekan Terakhir, Tertular TKI hingga Orangtua
RW bercerita, di tanggal 16 Mei, ia mendapat firasat buruk.
"Kami bermimpi dia meninggal. Kami datang ke rumah sakit, peluk, cium, (Joni). Kami panggil nama Tuhan Yesus... Menangis adik (Joni) dalam mimpi," ujarnya.
Keesokannya, mimpi buruk itu menjadi kenyataan. Joni meninggal. Petugas kesehatan mengatakan Joni positif Covid-19.
"Adik so nyanda ada, rasa-rasa tape kaki, dari tape jiwa rasa-rasa mo malayang (bayi kami sudah tiada, rasa-rasanya kaki dan jiwa mau melayang)."
Baca juga: Fakta Baru, Pasien Anak Positif Corona di Yogyakarta Membaik, Orangtua Diperiksa