Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 3 Bulan Meninggal Usai Imunisasi, Keluarga Nilai Ada Kesalahan Prosedur Medis

Kompas.com - 02/07/2020, 16:04 WIB
Junaedi,
Khairina

Tim Redaksi

 

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com –  Dinas Kesehatan Polewali Mandar bersama Puskesmas Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat menemui keluarga AS, bayi yang meninggal usai imunisasi, Kamis (2/7/2020).

Dalam pertemuan ini, terjadi perdebatan pihak keluarga dan dokter hingga tak menemui kesepakatan.

Pihak keluarga menilai penjelasan otoritas kesehatan Polewali Mandar yang tiba-tiba memvonis anaknya meninggal karena menderita broncopneumonia mengada-ada.

Baca juga: Bayi 3 Bulan Meninggal Usai Diimunisasi, Sebelumnya Alami Pendarahan, Kejang, Lebam

Alasannya, dokter sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mendiagnosis yang tepat untuk anaknya, tiba-tiba lahir kesimpulan penyebab kematian sang anak.

Pihak keluarga menuding ada kesalahan dalam prosedur penanganan medis saat sang anak diimunisasi di Puskesmas Matakali, Polewali Mandar.

Keluarga juga mempermasalahkan prosedur penanganan pasien yang dinilai tidak biasanya.

Anaknya langsung diimunisasi tanpa ditimbang petugas kesehatan.

Pihak orangtua bayi juga kesulitan lantaran pihak puskesmas tidak menyediakan timbangan saat imunisasi.

Dokter hanya bertanya berat anak tanpa menimbangnya.

Keluarga bayi menyesalkan protap kerja petugas kesehatan yang dinilai tidak sesuai prosedur.

Menaggapi kematian AS usai diimunisasi, dokter Sintia dari Puskesmas Matakali mengatakan, bayi tersebut saat dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi kritis dan sesak akibat broncopneumonia.

“Kondisinya sudah kritis saat dibawa ke rumah sakit. Disebabkan karena sesak akibat broncopneumonia,” jelas dr Sintia.

Kepala Puskesmas Matakali Haji Ahmad yang ikut hadir dalam pertemuan ini juga meminta maaf pada keluarga atas peristiwa ini.

“Petugas kami menjalankan prosedur atau SOP saat menjalankan tugas termasuk saat melakukan imunisasi,”jelas Haji Ahmad.

Namun, pernyataan itu dibantah langsung oleh pihak keluarga. Menurut orangtua korban, sebelum anaknya dibawa ke puskesmas kondisinya sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit.

Vonis bronkopneumonia yang dijatuhkan dokter pada anaknya dinilai keluarga perlu dibuktikan dokter. Alasannya, anaknya tidak pernah diperiksa secara menyeluruh untuk mendiagnosis pasti penyebab kematiannya.

“Sebelum imunisasi bocah itu sehat, lincah dan tidak punya penyakit bawaan. Cuma setelah diimunisasi lengannya terus mengalami pendarahan hingga demam tinggi dan kejang-kejang. Anehnya ditemukan luka memar kebiru-biruan di sekujur tubuhnya,” jelas Rusman, keluarga korban.

Baca juga: Lahir pada 1 Juli, Bayi di Tegal Diberi Nama Bhayangkara dan Bhayangkari

Banyak hal yang mencurigakan pihak keluarga terkait kematian bayi itu.

Usai diimunisasi Kamis (26/6/2020) lalu, bekas suntikan jarum imunisasi terus mengeluarkan pendarahan selama dua hari hingga korban mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Meski sempat dibawa ke rumah sakit namun ia meninggal.

Tak hanya itu saja, dari hasil rekaman video keluarga, tubuh bayi menujukkan tanda-tanda yang tak biasanya.

Saat meninggal di tubuh bayi dipenuhi dengan bercak lebam dan kebiru-biruan di sekujur tubuhnya.

Pihak keluarga sendiri sampai saat ini tak terima keterangan Dinas Kesehatan akan penyebab kematian anaknya.

Pihak keluarga korban kini masih berembuk  untuk mematangkan kasus ini sebelum diadukan ke polisi atau ranah hukum.

Selama sepekan terakhir, dua bayi yang ditangani otoritas kesehatan di Polewali Mandar mendapat protes keluarga korban karena bayinya dinilai meninggal tidak wajar atau karena kinerja tim medis yang dinilai buruk dan tidak prosedur dalam menangani anaknya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com