Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Bupati Lombok Tengah Sebut ASN Wajib Pakai Cadar Tiap Jumat untuk Pengganti Masker

Kompas.com - 02/07/2020, 11:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Bupati Lombok Tengah Moh Suhaili Fadhil Thohir sempat mengeluarkan pernyataan jika Aparatur Sipil Negara (ASN) muslimah di lingkungan Pemkab Lombok Tengah wajib mengenakan cadar untuk mengganti masker.

Video pernyataan kontroversi tentang cadarisasi tersebut menjadi perbincangan publik

Saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020), Suhaili mengatakan pernyataan tersebut disampaikan secara lisan dan spontan.

Saat itu, Suhaili sedang senam bersama di halaman Kantor Bupati Lombok Tengah pada Jumat, 19 Juni 2020 lalu.

Baca juga: Heboh ASN Wajib Pakai Cadar Pengganti Masker, Bupati Lombok Tengah: Ini Fashion Saja

Hari itu, ia melihat masih banyak ASN tak yang tak memakai masker saat pandemi. Padahal ASN harus memberi contoh yang baik untuk masyarakat di Lombok Tengah.

"Saya sampaikan itu secara spontan karena tiap jumat ada olahraga bersama ada yang tidak pakai masker karena khawatir kehabisan oksigen lantaran mulut dan hidung tertutup."

"Tapi kan di saat Covid ini kita butuh pelindung. Jadi ya sudah pakai cadar saja melindungi mulut dan hidung kan. Untuk ASN muslimah, yang lain ya tetap pakai masker," kata Suhaili saat ditemui di pendopo, Rabu.

Baca juga: Mulai Hari Ini, Warga Klaten yang Tak Pakai Masker KTP-nya Disita

Ia juga menjelaskan ide cadarisasi ini lebih pada upayanya mendisiplinkan ASN memakai masker.

"Itu cadar itu hanya untuk yang muslimah saja, yang non-muslim dan laki laki ya pakai maskerlah. Cadar itu kan bagian bawahnya terbuka tidak perlu diikat, jadi udara bisa masuk, agak meringankan yang sulit bernapas," katanya.

Baca juga: New Normal, Anteraja Bagikan Masker Gratis

Tak ada kaitannya dengan radikalisme

ilustrasi maskerreuters.com ilustrasi masker
Bupati Lombok Tengah menegaskan pernyataan tentang cadarisasi tersebut tak ada kaitannya dengan radikalisme.

Menurutnya yang terpenting adalah upaya untuk melindungi hidung dan mulut agat tidak tertular Covid-19.

Cadarisasi yang dicetuskan, menurut Suhaili, bukan satu paket dengan penggunaan jubah yang wajib untuk dikenakan ASN muslimah.

Namun penggunaan cadar murni untuk pengganti masker karena dari segi estetika, ASN muslimah bisa menggunakan jilbab dan cadar dengan warna yang serasi hingga menarik untuk dilihat.

Baca juga: Pakai Masker Bikin Kita Otomatis Jaga Jarak, Apa Alasannya?

"Mereka pakai cadar biasa, bukan cadar hanya yang hanya memperlihatkan mata saja, bukan cadar yang begitu, ini fashion saja."

"Jilbabnya disesuaikan dengan warna cadarnya, tak ada kaitannya dengan radikalisme, over fanatisme, tidak ada kaitannya," ungkapnya

Ia juga mengatakan tidak ada payung hukum seperti surat keputusan, instruksi bupati, atau perintah tertulis soal gerakan cadarisasi.

Menurutnya, penggunaan cadar hanya itu kegiatan senam Jumat pagi.

Baca juga: Jokowi Pakai Face Shield Tanpa Masker, Istana Sebut Sudah Jaga Jarak

Namun, karena respons ASN cukup positif, maka akan dilakukan setiap hari kerja, bukan hanya hari Jumat saja.

"Tapi ini tidak ada sanksinya, hanya gerakan yang menyenangkan dan menyehatkan saja. Wajib pakai cadar jangan dikaitkan dengan ajaran agama."

"Bahasa cadarisasi itu menyebakan orang terjebak, menilai seperti perempuan yang mengenakan jubah. Laki-laki yang pakai celana cingkrang, bukan itu maksud saya," kata Suhaili sambil menahan tawa.

Baca juga: Tips agar Lipstik Awet meski Memakai Masker Seharian

Suhaili menanggapi santai dan tidak mempersoalkan terkait banyak pihak yang mengkritik gerakan ini.

"Sah-sah saja, saya sudah jelaskan semuanya. Asalkan jangan terjebak pada istilah cadarisasi itu. Ini hanya strategi saya membuat mereka disiplin. Bahkan saya lombakan biar kelihatan sampai sejauh mana ASN saya menerapkan cadarisasi ini," katanya.

Baca juga: Label Olahraga Champion Ikut Bikin Masker Wajah

Menguras uang lebih

Ilustrasi uang tip.SHUTTERSTOCK/nutcd32 Ilustrasi uang tip.
Sementara itu, Yayuh salah seorang ASN di Lombok Tengah mengatakan gerakan cadarisasi tersebut bisa dilakukan secara bertahap sebagai proses belajar mengenak pakaian muslim yang benar.

"Ya, minimal menutup aurat ya. Kan biasanya kalau Jumat olahraga atau senam itu banyak yang pakai celana ketat. Nah, kalau ditambah cadar pastilah malu pakai yang ketat-ketat. Kami kemudian menyesuaikan pakai kulit atau celana yang longgar sehingga nyambung dengan cadar yang kami pakai," kata Yayuh

Gerakan cadarisai ini juga menurut sejumlah ASN bisa menguras kantong mereka karena harus membeli cadar yang serasi dengan jilbab.

Baca juga: Warga Tak Pakai Masker Dihukum Memberi Makan ODGJ, Ini Pendapat Ahli Kesehatan Jiwa

Kemudian pakaian yang agak ketat harus diganti dengan yang sedikit longgar karena harus disesuaikan dengan pakaian orang yang bercadar.

Salah satu ASN dari Dinas Pertanian Lombok Tengah Kurnia melihat gerakan cadarisasi sebagai hal positif bagi ASN muslimah.

Minimal sebagai proses belajar menuju yang lebih baik.

Baca juga: Barista Ini Terima Tip Rp 1,14 Miliar Setelah Dimaki karena Ingatkan Konsumen untuk Pakai Masker

Dia berharap gerakan itu tidak dilihat sebagai gerakan negatif atau kaitannya dengan radikalisme dan fanatisme.

"Kalau memang gerakan itu berdampak negatif, kapolres, dandim Lombok Tengah yang ada di lapangan saat bupati menyampaikan gerakan cadarisasi pasti sudah menegur atau memberi masukan. Tapi biasa saja mereka, jadi tidak ada masalah sih," kata Kurnia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fitri Rachmawati | Editor: David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com