Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brigpol Eko Julianto, Bermodal Gaji Polisi Bangun Pondok Gratis Asuh Ratusan Anak Yatim Piatu (1)

Kompas.com - 01/07/2020, 09:12 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com-Siang itu suasana Pondok Pesantren Santri Manjung, Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri nampak riuh.

Mengenakan sarung, berpakaian koko dan berpeci, puluhan anak-anak laki-laki berjajar membentuk empat barisan menghadap kiblat bersiap salat berjamaah dhuhur.

Selang jarak dua meter ke belakang, anak-anak perempuan mengenakan mukena berjajar membentuk barisan serupa ikut shalat zuhur berjemaah yang dipimpin ustad pondok, Senin (29/6/2020).

Usai shalat berjemaah dilanjutkan dzikir, anak laki-laki membentuk grup berisi lima hingga enam orang menunggu santap siang.

Baca juga: Kisah Padukuhan Gadungsari Bangkit Setelah Jadi Klaster Pertama Corona di Gunungkidul

Tak berapa lama kemudian, saat santap siang tiba. Siang itu menu makannya sederhana. Nasi dengan lauk tempe dan tahu terik dituang dalam satu plastik bundar disantap lahap oleh anak-anak santri.

Dalam tempo hitungan beberapa menit, anak-anak yang dominasi berusia siswa SD itu menghabiskan dengan lahap meski menunya sederhana.

Meski menu makan sederhana, ratusan anak-anak santri yang rata-rata dari kalangan anak yatim dan dhuafa itu tidak berebut.

Sesekali Pengasuh Pondok Pesantren Santri Manjung, Brigpol Eko Julianto mendekat menyuapi anak-anak yang baru datang agar betah mondok di pesantren.

Selaku pengasuh pesantren, Brigpol Eko Julianto (30) anggota Polres Wonogiri ini bukanlah sosok yang asing bagi ratusan anak-anak asuhnya.

Semenjak delapan tahun lalu, Bhabinkamtibmas Desa Manjung itu merintis mendirikan pondok pesantren putra-putri gratis yang khusus diperuntukkan bagi anak yatim dan dhuafa.

Hingga kini jumlah santri anak tak mampu yang diasuh di pondoknya mencapai 132 orang. Seluruh santri yang diasuh berasal dari kalangan dhuafa hingga anak yatim.

Asal muasalnya pun beraneka ragam. Sebagian besar dari Kabupaten Wonogiri dan ada anak asuh yang berasal dari Lampung.

Tekad pria yang lahir di Sragen, 16 Agustus 1989 mendirikan pondok pesantren gratis bagi anak-anak yatim dan dhuafa bukan tanpa alasan. Banyaknya anak-anak yatim dan dhuafa yang kurang mendapatkan pendidikan agama dan pendidikan formal, mendorong jiwanya untuk mewadahi mereka dalam satu asrama.

“Saya kasihan melihat kondisi anak-anak. Saya khawatir mereka salah pergaulan nanti bisa rusak akhlaknya,” ujar Eko.

Sebelum menjadi polisi, Eko sudah mengenyam dunia pendidikan di pesantren Nurul Falah Kandangan Sragen sejak SD hingga SMA. Ia pun tidak memiliki cita-cita mendirikan pondok saat masih mengenyam dunia pendidikan di pesantren.

“Saya tidak memiliki gambaran akan bisa mendirikan pondok. Tapi saat itu saya berpikir bagaimana hidup saya ini bisa bermanfaat bagi orang lain,” ungkap Eko.

Setelah menjadi polisi, Eko acapkali saat berceramah agama juga menyampaikan pesan agar warga tertib berlalu lintas. Dengan demikian warga memiliki persepsi positif terhadap keberadaan polisi.

“Saya sambil berdakwah juga memberikan imbauan kamtibmas kepada masyarakat,” ungkap Eko.

Baca juga: Polisi Gagalkan Penyelundupan Ribuan Telur Penyu dari Pulau Tambelan ke Pontianak

Tak hanya berceramah, Eko banyak mengajar anak-anak membaca Al Quran di beberapa masjid. Namun seiring perkembangan, ada tujuh anak tak mampu yang ingin ikut hidup serumah dengan dirinya.

Merespon keinginan tujuh anak itu, Eko tersentuh hatinya dan menerima mereka tinggal serumah dengan dirinya.

Ia tidak tega dengan kondisi anak yang pontang-panting kehidupannya karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.

Lambat laun seiring perkembangan waktu, anak-anak asuh Eko makin banyak.

Ia lalu membuat satu rumah sederhana di belakang rumahnya untuk menampung anak-anak yatim dan tak mampu hidup bersama dirinya.

Namun rumah itu tak mampu lagi menampung jumlah anak-anak yang makin banyak menjadi santrinya.

Ia pun memutar otak untuk mendirikan gedung pondok pesantren yang tak jauh dari rumahnya.

Untuk membangun gedung pondok, Eko berutang ke bank sebesar Rp 350 juta yang dicicil hingga belasan tahun dengan gajinya sebagai seorang polisi.

Saat ini Eko pun hanya menerima gaji bersih sebagai anggota polisi Rp 1 jutaan setelah dipotong membayar cicilan pinjaman bank.

Untuk membangun pondok ia tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain. Ia mengkhawatirkan bila pembangunan pondok sumber anggarannya dilakukan dengan meminta dan mengajukan proposal, pemberinya dikhawatirkan tidak ikhlas.

“Bagi saya dakwah itu mengajak kebaikan. Dan saya kurang sepaham bila dakwah itu ajang untuk mencari duit. Untuk itu semua profesi bisa digunakan untuk berdakwah mengajak kebaikkan,” kata Eko.

Namun ia tidak menolak bantuan bila orang atas kemauannya sendiri bukan karena diminta. Ia meyakini Tuhan akan memberikan jalan bagi orang ingin berbuat baik bagi anak-anak tak mampu.

“Semuanya saya serahkan kepada Allah,” kata Eko.

Niat baiknya membangun gedung pondok untuk mendidik anak tak mampu menjadi santri yang pintar mengaji dan berpendidikan tinggi rupanya mendapatkan perhatian dari banyak pihak.

Bantuan pembangunan pondoknya pun terus mengalir. Tak hanya material, ada beberapa donatur yang datang membantu uang untuk mewujudkan pondok pesantren.

Tak hanya itu, upayanya menyelamatkan anak-anak yatim dan tak mampu dari keterpurukan aqidah juga menuai prestasi bagi Brigpol Eko.

Dalam kurun dua tahun terakhir Brigpol Eko meraih prestasi mulai dari Polisi Teladan Tingkat Nasional, Juara I Lomba Bhabinkamtibmas Tingkat Polda Jateng, Juara Lomba Ceramah Tingkat Polda Jateng hingga Lomba Da’i Kamtibmas Kategori Umum. (bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com