Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brigpol Eko Julianto, Bermodal Gaji Polisi Bangun Pondok Gratis Asuh Ratusan Anak Yatim Piatu (1)

Kompas.com - 01/07/2020, 09:12 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi

“Saya tidak memiliki gambaran akan bisa mendirikan pondok. Tapi saat itu saya berpikir bagaimana hidup saya ini bisa bermanfaat bagi orang lain,” ungkap Eko.

Setelah menjadi polisi, Eko acapkali saat berceramah agama juga menyampaikan pesan agar warga tertib berlalu lintas. Dengan demikian warga memiliki persepsi positif terhadap keberadaan polisi.

“Saya sambil berdakwah juga memberikan imbauan kamtibmas kepada masyarakat,” ungkap Eko.

Baca juga: Polisi Gagalkan Penyelundupan Ribuan Telur Penyu dari Pulau Tambelan ke Pontianak

Tak hanya berceramah, Eko banyak mengajar anak-anak membaca Al Quran di beberapa masjid. Namun seiring perkembangan, ada tujuh anak tak mampu yang ingin ikut hidup serumah dengan dirinya.

Merespon keinginan tujuh anak itu, Eko tersentuh hatinya dan menerima mereka tinggal serumah dengan dirinya.

Ia tidak tega dengan kondisi anak yang pontang-panting kehidupannya karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.

Lambat laun seiring perkembangan waktu, anak-anak asuh Eko makin banyak.

Ia lalu membuat satu rumah sederhana di belakang rumahnya untuk menampung anak-anak yatim dan tak mampu hidup bersama dirinya.

Namun rumah itu tak mampu lagi menampung jumlah anak-anak yang makin banyak menjadi santrinya.

Ia pun memutar otak untuk mendirikan gedung pondok pesantren yang tak jauh dari rumahnya.

Untuk membangun gedung pondok, Eko berutang ke bank sebesar Rp 350 juta yang dicicil hingga belasan tahun dengan gajinya sebagai seorang polisi.

Saat ini Eko pun hanya menerima gaji bersih sebagai anggota polisi Rp 1 jutaan setelah dipotong membayar cicilan pinjaman bank.

Untuk membangun pondok ia tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain. Ia mengkhawatirkan bila pembangunan pondok sumber anggarannya dilakukan dengan meminta dan mengajukan proposal, pemberinya dikhawatirkan tidak ikhlas.

“Bagi saya dakwah itu mengajak kebaikan. Dan saya kurang sepaham bila dakwah itu ajang untuk mencari duit. Untuk itu semua profesi bisa digunakan untuk berdakwah mengajak kebaikkan,” kata Eko.

Namun ia tidak menolak bantuan bila orang atas kemauannya sendiri bukan karena diminta. Ia meyakini Tuhan akan memberikan jalan bagi orang ingin berbuat baik bagi anak-anak tak mampu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com