Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pasien Covid-19 kepada Bupati, Ditelantarkan dan Tak Dirawat di Tempat Karantina

Kompas.com - 30/06/2020, 13:24 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang pasien positif Covid-19 berbincang dengan Bupati Jombang Mundjidah Wahab melalui video call viral di media sosial.

Dalam video berdurai 13 menit 8 detik itu, pasien bernama Kadir itu terlihat mengenakan jaket merah. Kadir merupakan warga Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Saat berbincang dengan Bupati Jombang lewat video call, Kadir terlihat dikelilingi sejumlah orang.

Terlihat, Kadir berada di dalam sebuah ruangan. Di belakangnya terdapat sejumlah tempat tidur yang ditata rapi tanpa.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, tempat itu merupakan lapangan tenis indoor, salah satu aset milik Pemerintah Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Baca juga: Dengar Alasan RSUD Dr Soetomo Penuh, Risma: Kalau BPJS Tidak Bisa, Silakan Klaim ke Kami

Sejak dua pekan lalu, lapangan tenis indoor menjadi tempat karantina bagi pasien corona yang tidak memerlukan perawatan intensif atau menunggu hasil pemeriksaan swab.

Dalam percakapan yang sesekali dibalas lawan bicaranya, Kadir menyampaikan sejumlah keluhan para pasien Covid-19 yang sedang diisolasi.

Percakapan Kadir saat menyampaikan curhat kepada Bupati Jombang Mundjidah, lebih banyak disampaikan dengan bahasa jawa.

Tak Ada Penanganan

Kadir menceritakan kondisi pasien Covid-19 di tempat karantina. Salah satunya, tak ada tenaga medis yang mengunjungi mereka.

Bahkan, kata dia, perlakuan yang diterima pasien positif Covid-19 dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang menunggu hasil pemeriksaan swab di tempat karantina tak berbeda.

"Di GOR ini, fakta hasil swab semalam, itu didapati ada beberapa pasien kan positif, sampai tadi pagi bahkan malam sampai sekarang tidak ada satu pun dokter yang jenguk. Enggak ada yang inventarisasi, ini kelanjutan bagaimana orang yang positif corona sama yang tidak," kata Kadir saat curhat melalui video call kepada Bupati Jombang.

Hampir dua pekan, pasien corona di tempat karantina seolah dibiarkan tanpa ada penanganan medis.

"Tidak ada dokter spesialis atau dokter ahli apa pun yang datang menjenguk kami. Dikumpulkan tapi tanpa perawatan," ujar Kadir.

 

Tulang Punggung Keluarga

Kadir juga menyampaikan keluhan utama para pasien yang menjalani karantina. Mereka, kata dia, khawatir dengan nasib keluarga yang ada di rumah.

Menurut dia, sebagian besar pasien yang dikarantina merupakan tulang punggung keluarga. Sehingga, kondisi ekonomi rumah tangga para pasien Covid-19 itu terancam.

Kadir berharap, Pemkab Jombang memperhatikan nasib keluarga mereka yang ada di rumah.

"Pemenuhan kebutuhan sehari-hari kepada keluarga yang ditinggalkan. Tolong, tolong sanget kaleh panjenengan (kami minta tolong perhatian dari anda)," kata Kadir.

Kadir menyebut, para pasien Covid-19 di tempat karantina itu sangat khawatir dengan nasib keluarga mereka jika tak ada perhatian dari pemerintah.

"Ini nanti yang dikarantina sepuluh orang, kalau masing-masing anggota keluarganya empat puluh orang, ini yang mati empat puluh mati, dan yang sepuluh orang hidup, karena tidak makan," ungkap Kadir.

Baca juga: Tolak Bantuan APD dari Risma, Dirut RSUD Dr Soetomo: Banyak RS Lain yang Kekurangan

Selain mengkhawatirkan nasib keluarga di rumah, Kadir juga bercerita tentang nasib sejumlah pasien Covid-19 yang terpaksa kehilangan pekerjaan karena menjalani karantina.

"Terus yang kedua, gara-gara OTG (orang tanpa gejala) ini, karena menunggu hasil swab yang lama, banyak yang dipecat dari pekerjaannya, Bu. Tidak bisa kerja lagi. Orang tanpa gejala itu enggak ada jaminan apa-apa, kan kasihan. Jadi tambah pusing," ujar Kadir.

Selain itu, Kadir meminta Bupati Jombang memperhatikan nasib salah satu balita usia dua tahun yang berasal dari Kecamatan Kesamben.

Balita itu, ungkap Kadir, terpaksa ditinggalkan ibunya yang dikarantina.

"Terus ada lagi, anak dipisahkan sama ibunya, umurnya dua tahun. Anaknya yang di rumah tidak ada yang merawat, neneknya sudah tua. Itu sampai sekarang tidak ada suplai makanan dari desa atau dari mana pun, ini kan kasihan," kata Kadir.

 

Kadir juga mengusulkan agar Pemkab Jombang menggelar pemeriksaan massal kepada seluruh masyarakat.

Hal itu, menurut Kadir, perlu dilakukan agar diketahui dengan pasti siapa saja yang terinfeksi virus corona dan mengurangi diskriminasi terhadap para pasien corona.

Tanggapi Keluhan Pasien

Humas Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Jombang Budi Winarno mengatakan, pihaknya tak mengetahui kapan video call itu dilakukan.

Namun, Budi memastikan lokasi dalam video itu merupakan gedung tenis indoor yang merupakan pusat karantina pasien Covid-19 di Jombang.

Baca juga: Mudik Pakai Motor dari Surabaya ke Trenggalek, Pengemudi Ojol Ternyata Positif Covid-19

Menurut Budi, sekitar 135 pasien corona menghuni rumah karantina di gedung tenis indoor sejak dua pekan lalu. Gedung itu disiapkan sebagai tempat karantina bagi pasien tanpa gejala dan PDP yang menunggu hasil swab.

"Untuk waktu dilakukannya video conference itu, nanti saya cek dulu. Itu memang di GOR Tenis Indoor," kata Budi saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (30/6/2020).

Budi mengaku telah mencatat keluhan pasien tersebut.

"Setidaknya ada empat hal yang menjadi keluhan pasien. Untuk tindak lanjutnya masih dilakukan pembahasan," ujar Budi.

Sementara itu, tercatat 255 kasus positif Covid-19 di Jombang hingga Senin (29/6/2020). Dari jumlah itu, 24 pasien dinyatakan sembuh, 19 pasien meninggal, dan 212 pasien masih dalam perawatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com