Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rohingya di Aceh, Dilema Antara Kemanusiaan dan Potensi Kecemburuan Sosial

Kompas.com - 30/06/2020, 11:15 WIB
Rachmawati

Editor

Antara kemanusiaan dan potensi kecemburuan sosial'

Keputusan nelayan menyelamatkan pengungsi, menurut sosiolog dari Universitas Syiah Kuala, Masrizal bak dua sisi mata pisau.

Di satu sisi, dilihat dari sosiologi agama, kata Masrizal, jika seseorang memiliki akidah yang sama, itu akan ada kedekatan untuk menerima.

"Satu karena sisi kemanusiaan, kedua karena konteks agama, karena akidah yang sama," kata Masrizal, kepada BBC News Indonesia, Sabtu (27/6/2020).

Menolong sesama umat manusia, kata Masrizal, merupakan bentuk pelaksanaan butir kedua Pancasila.

Baca juga: Malaysia Berencana Kembalikan Pengungsi Rohingya ke Laut

"Menurut saya di sinilah diuji Pancasila dengan persoalan Rohingya, persoalan kemanusiaan, peran ini harus betul-betul dimunculkan," ujarnya.

Namun, di sisi lain, kedatangan pengungsi Rohingya akan memunculkan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat maupun pemerintah Aceh, apalagi jika mereka mendapat bantuan yang lebih banyak dibandingkan warga lokal.

Mengapa? Karena Aceh saat ini masih menduduki urutan pertama sebagai provinsi termiskin di Sumatra, atau berada pada urutan keenam secara nasional.

Artinya, Aceh memiliki anggaran terbatas dan utamanya adalah harus fokus untuk mensejahterakan warganya, bukan sebaliknya.

Baca juga: Pria Rohingya di Kamp Pengungsi Bangladesh Meninggal karena Covid-19

"Akan muncul dampak secara lokal di kalangan masyarakat, yaitu kecemburuan sosial. Kenapa Rohingnya lebih dipentingkan dari pada kita? Aceh sebagai daerah termiskin di Sumatra kok malah membantu orang lain. Dari sisi sosiologis, konflik kecemburuan sosial ini berpotensi ada," kata Masrizal.

Untuk itu, kata Masrizal, perlunya peran penting dari pemerintah pusat dan lembaga internasional untuk mengambil peran dalam mengatasi masalah ini sehingga potensi-potensi gesekan sosial di masa depan dapat terhindari.

Sebelumnya Kabupaten Aceh pernah mempunyai kompleks penampungan pengungsi Rohingya yang dibangun pada 2015. Namun fasilitas untuk ratusan pengungsi itu sudah ditinggalkan meskipun mereka diizinkan tinggal lebih lama di Indonesia.

Baca juga: Terombang-ambing, Nasib Rohingya di Tengah Ketatnya Perbatasan Asia Tenggara

Berdasarkan data UNHCR Indonesia, terdapat sekitar 13.500 pengungsi yang terdaftar di Indonesia, dan 28 % di antaranya adalah anak-anak.

Berdasarkan data Kemlu tahun 2015, terdapat sekitar 11.000 pengungsi Rohingya di Indonesia.

Secara gelobal, terdapat lebih dari 70 juta orang yang melarikan diri dari perang, penganiayaan dan konflik - jumlah tertinggi dalam sejarah PBB menangani pengungsi.

Baca juga: 500 Imigran Rohingya Akan Masuk Perairan Aceh, Polisi Perketat Pengawasan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com