Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rohingya di Aceh, Dilema Antara Kemanusiaan dan Potensi Kecemburuan Sosial

Kompas.com - 30/06/2020, 11:15 WIB
Rachmawati

Editor

Pengungsi Rohingya: Kami mau ke Malaysia

Seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu, Zaibur Rahman, mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya bertujuan untuk ke Malaysia.

"Dari Bangladesh, naik kapal orang Bugis, mau ke Malaysia untuk cari kerja, kehidupan yang lebih baik. Perempuan-perempuan ini suaminya ada di sana, ada kawan-kawan juga di sana di Malaysia," kata Zaibur kepada BBC News Indonesia di bekas kantor imigrasi di Lhoksumawe, Aceh, Jumat (26/6/2020).

Akan tetapi Malaysia menegaskan tidak bisa lagi menerima pengungsi Rohingya karena tengah mengalami kesulitan ekonomi dan sumber daya akibat wabah virus corona. Padahal, Malaysia merupakan salah satu tujuan utama para pengungsi Rohingya.

Baca juga: Bupati Aceh Utara: 94 Pengungsi Rohingya Ingin Melanjutkan Perjalanan ke Australia

Kronologi penyelamatan

Di tengah perjalanan, sekitar 80 mil dari pesisir Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, kapal yang mereka tumpangi rusak sehingga air menutupi hampir setengah lambung kapal.

Pada Senin (21/6), terdapat satu kapal nelayan yang melintas dan memindahkan mereka semua ke kapalnya. Perlahan kapal itu pun mendekat ke pantai. Namun sekitar empat mil dari pantai, mesin kapal itu rusak.

Beberapa hari terombang-ambing, melintas kapal nelayan lokal lainnya yang melihat para pengungsi Rohingnya tersebut.

Kapal itu pun memberikan cadangan makanan dan minumannya kepada para pengungsi.

Baca juga: Tarik Rohingya ke Darat, Kami Kasih Makan…

Seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu, Zaibur Rahman mengungkapkan bahwa mereka bertujuan ke Malaysia. Saiful Juned Seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu, Zaibur Rahman mengungkapkan bahwa mereka bertujuan ke Malaysia.
"Setelah melakukan penyelamatan nelayan itu tidak tahu lagi harus berbuat apa karena hari ini isu corona lagi besar. Dia sudah pada takut jika yang dilakukan salah, sehingga dimintalah kepada Abdul [kapten kapal yang datang] supaya jangan dilapor ke darat," kata Kepala Desa Lhok Puuk T Bahtkiar.

Namun karena iba melihat banyak perempuan dan anak-anak terkulai lemas, maka kejadian itu dilaporkan ke pemerintah desa.

Bahtkiar lantas melaporkan ke panglima laot (sebutan bagi pimpinan adat laut di Aceh) namun tidak mendapat jawaban.

Baca juga: Cerita Nelayan Selamatkan Pengungsi Rohingya, Suara Minta Tolong dan Terseret Angin

Lalu ia menghubungi Pangkalan Angkatan Laut Lhoksumawe dan dijawab "kejadiannya di sana, minta untuk ke panglima laot saja, saya bilang panglima laotnya belum bangun tidur, dia minta ke wakil panglima laot kabupaten," kata Bahtkiar.

Tahun lalu, warga Aceh juga melakukan penyelamatan terhadap etnik Rohingya yang terdampar.

Sebanyak 79 Rohingnya terdampar di pantai Kuala Raja, Kabupaten Bireuen, Aceh, Jumat (20/4/2019) tahun lalu, setelah awal April nelayan setempat menyelamatkan lima pengungsi Rohingya - yaitu dua lelaki dewasa, dua perempuan dan seorang anak- yang 20 hari terombang-ambing di laut.

Baca juga: Setelah Kapal Diperbaiki, 94 Pengungsi Rohingya Akan Dilepas ke Laut

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com