Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Penyandang Autoimun Saat Pandemi, Obat Langka, Sesak Napas, hingga Kritis

Kompas.com - 30/06/2020, 08:13 WIB
Rachmawati

Editor

Vitamin hingga alkohol swab pun diborong

Tak hanya aksi borong obat antimalaria, vitamin dan suplemen pun ikut diborong selama pandemi Covid-19.

Bagi penyandang autoimun, kata Monik, obat utama mereka adalah kombinasi imunosupresan dan steroid, juga vitamin D serta beberapa suplemen. Harga sejumlah vitamin dan suplemen pun ikut-ikutan naik di masa pandemi ini.

"Hampir semua jenis vitamin mineral itu juga harganya jadi gila-gilanya. Untuk kami, vitamin itu jadi seperti obat, contohnya vitamin D. Seperti lingkaran setan, kami defiensi vitamin D karena autoimun dan autoimun menyebabkan defiensi vitamin D yang enggak bisa ditolong hanya dengan berjemur."

"Jadi, vitamin-vitamin juga susah, mahal. Harganya naik minimal dua kali lipat. Kalau steroid masih bisa kami akses karena sudah banyak yang generik, jadi harganya pun terjangkau," kata ibu dua orang putra ini.

Baca juga: Percobaan Klorokuin untuk Obat Corona Dihentikan, Hasilkan Kelainan Ritme Jantung

Yang menyedihkan, lanjut Monik, tidak semua penyandang autoimun berasal dari keluarga mampu. Harga obat yang melonjak di masa pandemi menyulitkan mereka melanjutkan pengobatan.

"Pilihannya lebih baik mereka makan daripada beli obat karena tidak ditanggung BPJS. Penyakit kami sulit sekali ditanggung asuransi kesehatan secara umum. Autoimun itu hanya satu atau dua jenis saja (yang ditanggung asuransi)," ujar Monik.

Monik yang ikut berbagai komunitas autoimun, berkali-kali mendengar kabar memburuknya kondisi sejumlah teman sesama penyandang autoimun, bahkan ada yang meninggal dunia.

"Saya tidak tahu apakah yang meninggal di komunitas autoimun itu karena terkait mereka berhenti obat atau ada faktor lain sehingga memburuk kondisinya dan akhirnya meninggal karena saya tidak melakukan riset soal itu."

Baca juga: Obati Pasien Virus Corona, Pakar Ingatkan Pasokan Klorokuin yang Kian Terbatas

"Ini hanya pantauan saya dan teman-teman di komunitas, banyak sekali penderita yang memburuk selama Covid ini," tutur penulis Buku Pintar ASI dan Menyusui ini.

Dinis, yang juga menjabat sebagai pendiri dan ketua Autoimun Indonesia, membenarkan kondisi beberapa penyandang autoimun yang memburuk dan meninggal di masa pandemi Covid 19.

Namun Dinis berkata, pihaknya tidak bisa memastikan kasus meninggalnya penyandang autoimun tersebut sebagai dampak pandemi.

"Kalau di grup, mereka komentar tidak bisa minum obat dan sekarang kondisinya memburuk, ada. Cuma kalau persentasenya, enggak ada. Kita enggak melakukan survei untuk itu karena di Indonesia penyandang autoimun sebetulnya lebih banyak dari anggota kita. "

"Yang meninggal juga ada, tapi mengaitkan langsung kalau meninggalnya akibat pandemi Covid 19, kita enggak bisa, harus diteliti," kata Dinis yang juga berprofesi sebagai dokter umum.

Baca juga: FDA Keluarkan Izin Terbatas Penggunaan Klorokuin untuk Pengobatan Covid-19 di AS

Tidak hanya obat dan vitamin, lanjut Dinis, salah kaprah juga terjadi pada penggunaan alkohol swab.

Masyarakat sempat ramai membeli alkohol itu hanya untuk membersihkan telepon selular sehingga sempat terjadi kelangkaan.

Aksi sebagian masyarakat itu, menurut dia, meniru para pemberi pengaruh di media sosial.

Kelangkaan alkohol swab juga menyulitkan penyandang autoimun, terutama pengidap diabetes tipe 1 dan APS yang membutuhkan cairan steril untuk injeksi insulin dan obat pengencer darah.

"Jadi selama pandemi ini kasihan penyandang autoimun. Psikologisnya yang paling terganggu karena ada ketakutan (tertular corona), kesusahan obat. Itu yang kita alami,' kata Dinis.

Baca juga: Benarkah Klorokuin dan Pil Kina Berpotensi Atasi Corona?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com