Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Filosofi dan Nilai Budaya Subak yang Jadi Primadona Turis di Bali

Kompas.com - 29/06/2020, 19:48 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

TABANAN, KOMPAS.com - Google Doodle memperingati konsep warisan budaya subak, sistem irigasi tradisional sawah di Bali pada Senin (29/6/2020).

Salah satu subak yang cukup populer bagi kalangan turis adalah Subak Jatiluwih di Tabanan, Provinsi Bali.

Subak Jatiluwih merupakan warisan budaya tak benda yang ditetapkan UNESCO pada 2012.

Dosen dan Peneliti di Lab Subak dan Agrowisata Fakultas Pertanian Universitas Udayana I Made Sarjana menjelaskan filosofi dan dan nilai budaya di balik konsep subak.

Menurutnya, subak merupakan organisasi masyarakat petani di Bali yang mengatur manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah.

Baca juga: Mengenal Subak dari Bali yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Dalam budaya pertanian, seorang petani tak bisa berdiri sendiri dalam setiap prosesnya. Seorang petani harus bekerja sama dengan petani lain.

Gotong royong itu diterapkan dari tahap persiapan tanam hingga panen.

"Kalau di pertanian kan lebih ke hubungan sosial yang diutamakan. Menghadapi risiko kekeringan misalnya, dia harus bekerja sama dengan petani lain untuk mencari air atau irigasinya," kata I Made Sarjana saat dihubungi, Senin (29/6/2020).

I Made Sarjana menyebut, subak merupakan manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu.

Tri Hita Karana, meliputi Parahyangan atau hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini, para petani Bali akan melakukan upacara secara Hindu dalam setiap tahapan dalam proses pertanian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com