Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bayi Kembar Siam di Lombok Timur, Punya 1 Hati, Butuh Biaya Operasi Rp 1 Miliar Lebih

Kompas.com - 28/06/2020, 07:47 WIB
Idham Khalid,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Siang itu, di depan teras rumahnya, yang berada di Dusun, Jurit Selatan, Desa Jurit, Lombok Timur, terlihat Husniati (40) sedang menggantikan popok kedua bayinya yakni Anaya dan Inaya, Jumat (26/6/2020).

Namun, saat memasang popok, Husniati terlihat sedikit kesulitan, sesekali Anaya dan Inaya terlihat saling tendang menendang, dikarenakan bayi tersebut merupakan bayi kembar siam.

Bagi Husniati dan suaminya Jupri (38), bayinya tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang mahakuasa yang harus dirawat, dan dijaganya, meskipun lahir dalam keadaan tidak normal.

Husniati awal mengetahui bayinya itu kembar siam saat pada bulan ke 5 kehamilannya, di mana dokter di Rumah Sakit RSUD Sudjono, Lombok Timur, memastikan anaknya kembar siam.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana membantu kisah Anaya dan Inaya sang bayi kembar siam. Sumbangkan rezeki Anda dengan klik di sini untuk donasi via Kitabisa.com

Baca juga: Operasi Bayi Kembar Siam di Batam, Pemprov Tanggung Biaya hingga Operasi Libatkan 30 Tenaga Medis

Hingga kelahirnnya pada Mei 2019 lalu dengan cara dioperasi sesar, anaknya tersebut lahir dengan keadaan dada yang terdempet, dengan memiliki 2 jantung, namun mempunyai satu hati yang berada di tengah-tengah.

Mengetahui kondisi anaknya waktu itu, perasaan Husniati hanya bisa bersyukur, dan harus menerima segala kondisi kedua bayinya tersebut.

“Waktu melahirkan, perasaan terharu, bahagia, sedih, tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata, kenapa kok anak saya begini, ada rasanya seperti itu juga, tapi mereka adalah darah daging saya, anak saya bagaimanapun dia, saya harus tegar,” kata Husniati, saat ditemui Kompas.com.

Hingga umur anaknya sudah beranjak 11 bulan dengan berat 14 kilo, ia kini mendapatkan beberapa kesulitan.

Misalnya, kesulitan saat menyusui. Dirinya juga terkadang sudah tidak bisa menggendong kedua anaknya tersebut.

“Kesulitan pertama saat menggendong, saya pingin menggendong anak saya sepuasnya, tapi karena beratnya mereka terus bertambah, sampai-sampai tidak muat untuk gendong dua-dunya,” kata Husniati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com