Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPDB di Pelosok Bogor, Jalan Menuju Sekolah Diarahkan ke Jurang oleh Google Maps

Kompas.com - 27/06/2020, 13:44 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Minat sekolah minim

Ditemui terpisah, wali murid, Narsih (30) mengaku harus memberanikan diri untuk menyekolahkan anaknya meski himpitan ekonomi kian menyulitkan di tengah pandemi Covid-19.

"Iya daftar juga, yang ngurusin data-datanya guru SD-nya, saya tinggal nunggu hasil saja," ujar dia.

Ia juga tak menampik bahwa di daerah pelosok, kesadaran dunia pendidikan memang masih sangat kurang.

Kebanyakan warga kampungnya lebih memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan.

Terlebih kondisi geografis yang naik turun bukit, ditambah tidak ada alat transportasi sehingga menyulitkan siswa yang terkendala biaya.

"Baru satu orang yang mau masuk SMP ini juga, kan di sini memang banyak yang tidak sekolah penyebabnya karena ekonomi, saya mah nekat aja (daftar), kesulitan lain ya jarak tempuh anak-anak, angkot enggak ada, orang tua mau nganter juga pakai duit kan dan itu lumayan jauh naik," terangnya.

Tantangan kemudian adalah bagaimana mewujudkan infrastuktur sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan yang nantinya bisa membuat siswa senang bersekolah.

"Sinyal sih sama transportasi umum di sini disediakan," ucapnya Narsih warga Kampung Tapos, Desa Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sementara itu, guru kelas di SDN 3 Bojong Koneng, Joko menyampaikan bahwa pada PPDB tahun ini jelas sangat terasa perbedaanya.

Sejak adanya Covid-19, sejumlah orang tua khawatir sehingga membuat mereka meminta tolong anaknya didaftarkan ke sekolah.

Namun, tak semua orang tua mau menyekolahkan anaknya karena beberapa faktor seperti ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar.

Mau tak mau, ia harus ekstra kerja keras dengan cara merayu orang tua dan anak-anaknya sambil memberi pengetahuan tentang pentingnya pendidikan.

Baca juga: Diterima di PPDB Jabar, Begini Cara Daftar Ulang ke Sekolah Tujuan

Kurang kesadaran tersebut juga didorong dengan minimnya informasi yang bisa di akses oleh masyarakat.

"Jika ada anak yang belum ke data yasudah saya akan ke rumahnya lagi jemput biar termotivasi aja sih anak-anak, karena saya juga pendidik jadi wajib gtu peduli, kalau misalkan saya tidak jemputkan kasian juga mereka. Sebagai pendidik harus loyal sama pendidikan," ungkapnya.

"Kemarin itu hanya 27 siswa itu pun dirayu-rayu akhirnya ada yang mau juga jadi nambah 31 semuanya yang saya daftarin," sambung Joko yang juga guru kelas enam ini.

Melihat potret pendidikan di daerah penyangga ibu kota ini seharusnya kita sudah berani mengambil peran masing-masing demi tercapainya Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com