Lebih jauh Khofifah menjelaskan meski pada Rabu (24/6/2020) provinsinya mencatatkan tambahan kasus positif terbanyak di indonesia, dia mengatakan bahwa pada hari yang sama tercatat 241 pasien positif virus corona sembuh.
"Secara persentase 31,47%, ini adalah persentase tertinggi kesembuhan,"
Akan tetapi, Khofifah menyadari bahwa penularan Covid-19 ini luar biasa cepat. Di dunia saja, penyebaran kasus Covid-19 dari 4 juta menjadi 8 juta hanya dalam waktu 17 hari.
Sementara di Indonesia, 20.000 menjadi 40.000 kasus dalam waktu 28 hari. Sedangkan, di Jawa Timur, 4.000 menjadi 8.000 kasus dalam waktu 14 hari.
Baca juga: Jokowi Minta Covid-19 di Jatim Turun dalam 2 Pekan, Khofifah: Tugas Ini Ringan jika...
"Ini yang juga kita lakukan kewaspadaan di semua lini," kata dia.
Dia kemudian menjelaskan dari 10.298 kasus Covid-19 di Jawa Timur, 48,3% terjadi di Surabaya, diikuti oleh Sidoarjo dan Gresik.
Adapun, per 24 Juni transmision rate atau Rt di Jawa Timur sebesar 1,08%, padahal pada 9 Juni silam, jumlahnya sempat turun menjadi 0,86%.
Dia menjelaskan Rt di Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1 selama enam hari. Sementara Rt di Sidoarjo selama delapan hari sempat berada di bawah angka 1. Demikian halnya Rt di Gresik yang sempat enam hari berada di bawah 1.
"Hari itu kita sudah merasa bahwa sebentar lagi kalau terus dibawah 1 kita sudah siap masuk new normal, tapi kemudian tidak mudah," kata Khofifah.
Baca juga: Ultimatum Jokowi dan Harapan Pengendalian Kasus Virus Corona di Jatim...
Khofifah dalam pertemuan dengan Presiden mengatakan hingga kini masih banyak warganya yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Pernyataan Khofifah merujuk pada temuan dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga, 81,7% tempat ibadah masih aktif, sebanyak 70.6% warga tidak mengenakan masker dan 64,6% tidak melakukan jaga jarak sosial.
"Pasar tradisional sudah kami minta menggunakan faceshield tapi masih 84,1 tidak menggunakan masker, 89% belum melakukan physical distancing," jelas Khofifah.
"Pada posisi inilah yang kemudian memunculkan klaster-klaster baru, terutama di titik-titik yang terkait potensi kerumunan massa itu berasal," imbuhnya.
Baca juga: 4 Fakta Kunjungan Jokowi ke Jatim, Puji Madiun hingga Blusukan ke Pasar Banyuwangi