Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Camat di Surabaya Kesulitan Lacak Warga Positif Covid-19, Data Sering Tak Sesuai

Kompas.com - 25/06/2020, 19:05 WIB
Dheri Agriesta

Editor

Sumber Antara

SURABAYA, KOMPAS.com - Sejumlah camat di Kota Surabaya, Jawa Timur, kesulitan melacak warga yang terkonfirmasi positif virus corona baru atau Covid-19 di wilayah mereka.

Camat Genteng Linda Novanti mengatakan, data yang didapat dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur melalui Dinas Dinas Kesehatan Surabaya, kerap tak sesuai dengan kependudukan warganya.

"Bahkan pernah ada dua nama yang usianya beda pula, namun tertulis di alamat yang sama," kata Linda di Surabaya seperti dikutip dari Antara, Kamis (25/6/2020).

Setelah dilacak bersama tim medis dari puskesmas, ternyata dua nama itu merupakan satu orang yang sama dan sudah tidak tinggal di Surabaya.

"Setelah kita sisir ternyata orang tersebut hanya ada satu orang dan sudah tidak tinggal di Surabaya selama tiga bulan," ujarnya.

Baca juga: Khofifah: Pak Presiden, Kami Sempat Bahagia Tingkat Penularan Covid-19 Jatim 0,86 Persen, tapi...

Menurutnya, warga tersebut bekerja di luar kota. Warga itu pulang ke Surabaya untuk berobat.

"Artinya, di sini hanya ada satu warga, bukan dua. Tapi data yang kami terima itu ada dua orang. Datanya itu tertulis double. Kami sudah lakukan verifikasi dan sudah beres," kata Linda.

Pengalaman serupa juga pernah dialami Camat Wonokromo Tomi Ardiyanto. Tomi sering menemukan data yang tak sesuai.

Salah satu pengalamannya saat mencari seorang pasien berinisial A. Berdasarkan data di KTP, pasien itu tinggal di wilayahnya.

"Setelah ditelusuri ternyata warga tersebut sudah 30 tahun tidak tinggal di Surabaya," katanya.

 

Lebih lanjut, pihaknya butuh waktu menemukan pasien itu karena masih tercatat di data kependudukan.

"Kami sudah tanyakan kepada warga setempat, RT/RW dan juga tetangga dekatnya," ujarnya.

Setelah melakukan verifikasi dan tak menemukan warga tersebut, pihaknya membuat berita acara atau surat keterangan.

Dalam surat itu dilaporkan warga berinisial A tidak tinggal di wilayah itu.

"Kadang juga ada rumahnya yang kosong. Jadi, surat itulah yang menjadi dasar pemerintah kota kalau sudah melakukan verifikasi dan klarifikasi tentang keberadaan pasien konfirmasi Covid-19 itu," ujarnya.

Baca juga: Khofifah Sebut Rasio Tracing Pasien Covid-19 di Surabaya Masih Rendah

Camat Tambaksari Ridwan Mubarin juga punya pengalaman yang hampir serupa. Pada 1 Juni 2020, salah seorang warganya dinyatakan positif Covid-19 berdasarakan tes swab.

Warga itu lalu dikarantina di Hotel Asrama Haji selama dua pekan. Setelah itu, warga tersebut diizinkan pulang karena dinyatakan sembuh dari Covid-19.

"Tapi namanya masih saja muncul sebagai orang yang positif. Dia ternotifikasi dua kali, sehingga itu menambah jumlah pasien Covid-19 yang ada di Kota Surabaya," kata Ridwan.

Camat Sawahan Yunus mengamini pengalaman Ridwan. Ia beberapa kali mendapati nama warganya yang telah sembuh muncul kembali.

 

Nama itu bahkan muncul setelah warga itu satu minggu lebih sembuh dari Covid-19.

"Jadi, terkait data yang double itu nyata adanya. Kalau selisih sehari dua hari tidak ribet. Tapi kalau sudah seminggu atau sepuluh hari muncul lagi, nah ini sangat ribet. Ada yang sudah dilaporkan, tapi muncul lagi, dilaporkan lagi, muncul lagi. Ini kan aneh," kata Yunus.

Camat Karang Pilang Eko Budi Susilo juga menjelaskan berbagai kendala yang dialaminya.

Baca juga: Buka Paksa Pasar Hewan, Pedagang Sapi: Kami Tidak Jualan, tapi Bank Tiap Bulan Menagih

Namun, ia mengaku kendala itu tidak menyurutkan niat untuk gencar melakukan tracing di wilayah Karang Pilang. Bahkan, kerap kali saat tracing ia mengalami penolakan dari warga.

"Ada yang konfirmasi Covid-19 tapi sama anggota keluarganya malah disembunyikan. Tapi kami terus berupaya dan berkunjung dengan tiga pilar, hingga akhirnya kami berhasil mengatasinya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com