Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Beri Waktu 2 Minggu, Khofifah Curhat Soal Disiplin Warga

Kompas.com - 25/06/2020, 15:59 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

 

Soroti Surabaya Raya

Dalam kesempatan itu Jokowi juga mengkritik kondisi Surabaya Raya.

Menurutnya, wilayah tersebut menjadi penyumbang tertinggi kasus Covid-19 di Jawa Timur. Ia meminta wilayah aglomerasi ini harus dijaga dan dikendalikan terlebih dahulu.

"Enggak bisa Surabaya sendiri, enggak bisa. Gresik harus dalam satu manajemen, Sidoarjo harus dalam satu manajemen, dan kota kabupaten yang lain. Karena arus mobilitas itu yang keluar masuk adalah bukan hanya Surabaya, tapi daerah juga ikut berpengaruh terhadap naik dan turunnya angka Covid-19 ini," ucapnya.

Tanggapan Gubernur Khofifah

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tidak menampik tingginya kasus corona, khususnya di Surabaya Raya.

Salah satu faktor pemicunya, menurut Khofifah, adalah rendahnya tingkat kedisiplinan warga mengikuti protokol kesehatan, apalagi saat perayaan Hari Raya Idul Fitri.

"Tidak mudah mengajak masyarakat, halalbihalal secara digital saja ternyata dianggap kurang afdol," kata Khofifah.

Khofifah lalu menjabarkan hasil temuan dari IKA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Baca juga: Jokowi Sarankan Pemprov Jatim Tak Buru-buru Terapkan New Normal

Dari kajian IKA, Khofifah menjelaskan, terdapat 81,7 persen tempat ibadah yang masih aktif.

Sebanyak 70,6 persen pengunjung tak mengenakan masker dan 64,6 persen tak menjaga jarak. Kondisi serupa juga terjadi di pasar-pasar tradisional.

Sebetulnya, pihak Pemprov Jawa Timur telah berulang kali membagikan masker dan pelindung wajah.

"Pasar tradisional meski sudah dibagikan masker berkali-kali kami juga minta menggunakan face shield, tapi masih 84,1 persen tidak menggunakan masker," kata dia.

Kondisi tersebut berpotensi memmunculkan klaster baru di titik-titik kerumunan.

"Pada posisi seperti inilah yang kemudian munculnya klaster-klaster baru, terutama di titik yang potensi kerumunan massa itu berasal," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com