Tak heran jika Serma Wahyudi terpilih dalam misi perdamaian itu.
Serma Wahyudi dikenal sebagai sosok berprestasi dalam kesatuannya.
Keahliannya di bagian kendaraan tempur membuat Serma Wahyudi dipercaya sebagai Komandan Seksi Angkut (Dansiang) yang mengatur pasukan dan memperbaiki tank tempur selama di Kongo.
Keahliannya itu memang sudah terlihat sejak Serma Wahyudi bertugas di Pekanbaru.
"Dia adalah mekanik handal kami. Dia ahli di bagian kendaraan tempur seperti tank juga senjata," papar Joto.
Tak hanya itu, Serma Wahyudi menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin.
Baca juga: Serma Rama Wahyudi Gugur di Kongo, Menlu: Almarhum Pejuang Perdamaian
Saat diwawancarai di rumah duka, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, air mata Anita menetes.
Sebelum penyerangan terjadi, rupanya sang suami sempat melakukan panggilan video pada keluarganya.
Wahyudi menghubungi istri dan tiga anaknya yang masing-masing masih duduk di kelas II SD, TK dan si bungsu yang berusia 4 tahun.
Anita tak menyangka, saat itu adalah kali terakhir ia dan anaknya bercakap-cakap dengan Wahyudi.
"Senin malam itu kami video call sebelum pukul 22.00 WIB. Sebelum tidur, saya sama anak-anak pasti video call dulu. Biasa tanya kabar dan sebagainya," kata Anita.
Sebelum menutup telepon, Wahyudi berjanji akan kembali menelepon usai tiba di markas.
"Setelah itu enggak ada telpon lagi. Paginya dapat kabar, orang staf (TNI) datang kasih tahu kejadian itu. Pas saya tanya kronologi, katanya dihadang pas pulang itu," sebut Anita.
Baca juga: Ini Kronologi Gugurnya Prajurit TNI AD di Kongo, Diserang Kelompok Bersenjata